pelita.online-Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) drg. Iing Ichsan Hanafi mengakui, bahwa saat ini hampir seluruh rumah sakit swasta rujukan Covid-19 mengalami krisis ruang instalasi gawat darurat (IGD) atau intensive care unit (ICU) untuk pasien Covid-19.
Penyebabnya, selama satu bulan terakhir jumlah pasien yang datang dengan gejala sedang dan berat meningkat dari waktu sebelumnya. Belum lagi dengan adanya kedatangan pasien komorbid yang cukup banyak. Sehingga, tidak semua rumah sakit sanggup menampung para pasien.
“Sekarang terjadi penumpukan di ruang IGD. Kira-kira sekarang keterisian bed ICU sudah betul-betul terisi, kalau patokan kita rata-rata sudah di angka 80% semua,” jelasnya saat dihubungi Beritasatu.com, Minggu (3/1/2021).
Ia pun memberikan penjelasan, rumah sakit dengan kapasitas 100 tempat tidur bisanya menyediakan lima hingga delapan tempat tidur untuk ICU. Kemudian, tidak semua rumah sakit tempat tidurnya digunakan untuk isolasi, tetapi juga diperuntukkan bagi pasien non-isolasi.
“Saat pemakaian satu pasien itu tidak bisa diprediksi berapa lama, tergantung pada kondisi pasien sendiri. Namun belakangan ini, kondisi pasien Covid-19 biasanya menginap 10 hingga 20 hari,” tuturnya.
ARSSI pun memberikan usul penanganan krisis ruang ICU di masa pandemi ini. Ia mengatakan bahwa, di kondisi pandemi yang kian pelik ini, rumah sakit swasta siap membuka ruang penanganan untuk pasien Covid-19.
“Saran kami, kalau pemerintah tadinya menetapkan rumah sakit rujukan tertentu, ya sekarang dibuka saja semua. Jadi seluruh rumah sakit diupayakan harus bisa menerima (pasien) Covid-19. Supaya akses pasien menjadi lebih mudah,” ungkapnya.
Jika saran ini dapat diterima oleh pemerintah, rumah sakit swasta akan melakukan upaya demi melengkapi fasilitas serta SDM yang mumpuni untuk memberikan pelayanan kepada pasien Covid-19.
“Dengan demikian, pemerintah bisa mempermudah klaim-klaimnya nanti,” tuturnya.
Sumber: BeritaSatu.com