Sahabat Pelangi, Kisah Inspiratif Perjuangan Penyandang Disabilitas Menembus Batas

0

Pelita.online – Jemari Cintya (23) lincah menari di atas tuts piano. Ia tengah memainkan sebuah komposisi berjudul “River Flows In You” yang diciptakan Komposer dan Pianis berdarah Korea Selatan-Inggris, Yiruma pada 19 tahun lalu. Pundaknya bergoyang kecil mengikuti irama. Perempuan berkaca mata ini sesekali melempar pandangan pada kucing kesayangannya yang duduk di atas punggung piano.

“Saya belajar banyak dari Cintya,” tutur sang ibu membuka percakapan dalam video yang diunggah di channel YouTube Indonesian Inclusion Film pada 30 Juni 2020.

Ia menuturkan Cintya adalah penyandang disabilitas autis. Kendati memiliki keterbatasan, namun semangat Cintya untuk menekuni hobinya bermusik sangat luar biasa.

Andhityas Cintya Widianna, demikian nama lengkapnya, telah belajar musik sejak kecil. Adalah orang tuanya yang memberikan motivasi dan memfasilitasi minat serta bakatnya. Ia mahir bermain piano klasik, flute dan gitar.

“(Dalam membimbing Cintya) harus tetap sabar dan juga harus ikhlas,” katanya dalam video bertajuk “Sahabat Pelangi” ini.

Kepada anaknya, sang ibu juga selalu berpesan tetap berkarya, semangat, dan jangan mudah menyerah. Pesan ini terus menyertai Cintya dalam berkarya. Di usianya yang masih belasan tahun, ia bahkan telah membuat album musik bersama teman-temannya yang juga Autis.

“Kami masih bisa berkarya dari rumah, kamu juga ya,” tutur Cintya dalam video mencoba menyemangati disabilitas lainnya.

Selain Cintya, perjuangan menembus batas juga memancar dari sosok Angga Tribuana Putra (23). Penyandang disabilitas fisik Celebral Palsy yang juga Atlet Electronic Sport (E-sport) nasional ini memiliki sederetan prestasi yang mengharumkan nama Indonesia di tingkat nasional dan asia. Ia pernah meraih juara kedua di turnamen e-sport di Mumbai, India. Ia juga telah dipercaya menjadi official team PSSI untuk Paragames di Manila, Filipina.

Angga adalah sosok pembelajar mandiri. Kendati tak pernah bersekolah formal dan tidak bisa berbicara, Ia tekun belajar secara otodidak. Dalam kehidupan sehari-hari, ia berkomunikasi menggunakan tulisan pada telepon pintar atau komputer dengan satu jarinya.

Ibu Angga mengatakan walaupun dengan kekurangannya, Angga tidak pernah mengeluh dan putus asa. Ia berharap Angga selalu menjadi sosok yang rendah hati dan terus menjadi inspirasi bagi teman-teman disabilitas yang lain.

“Tentu saya sebagai ibunya sangat bangga dengan yang dilakukan sampai Angga jadi seperti ini,” ucap sang ibu.

Disabilitas lain yang menginspirasi adalah Dody Iskandar. Ia adalah penyandang disabilitas Sensorik Netra yang berprofesi sebagai Guru Musik di sebuah sekolah di Jakarta. Ia belajar musik di Purwacaraka Music Studio. Ia mendapat beasiswa di sekolah ini dan pembelajarannyapun dipimpin langsung oleh sang pemilik sekolah yang juga musisi kenamaan Indonesia Purwacaraka.

Perjalanannya bermain musik tidak mudah. Ia pernah mengalami stigma dari orang lain. “Ada seorang OB (Office Boy) di sana, ketika dia mengetahui kondisi saya tuna netra, dia enak saja bilang, mana bisa tunanetra masuk sini, dia tidak bisa menyesuaikan diri dengan yang lain,” kenang Dody.

Belakangan, saat dites oleh Purwacaraka, ternyata Dody yang tak dapat melihat ini justru mampu menghidupkan sensor lain. Kolaborasi intuisi dan sentuhan jemari di tuts keyboard membuat pendengar mengira ia bukanlah penyandang disabilitas sensorik netra.

“Beliau (Purwacaraka) menerima untuk masuk dan langsung meminta saya untuk mempersiapkan diri untuk ikut konser,” katanya.

Hari Disabilitas Internasional 2020 Kisah Cintya, Angga dan Dody menjadi salah satu film pendek yang menghiasi website creativedisabilitiesgallery.com. Sebuah website yang digagas Kementerian Sosial dalam rangka merayakan Hari Disabilitas Internasional 2020. Hingga 30 November 2020, sebanyak 4.723 pengunjung telah melihat website ini.

“Website ini dipersembahkan untuk para penyandang disabilitas di seluruh Indonesia yang aktif berkarya dan mengukir prestasi, serta apresiasi terhadap kerja keras mereka,” kata Menteri Sosial Juliari P. Batubara.

Menteri mengatakan peluncuran website ini menandai dimulainya rangkaian acara menyambut HDI 2020 dimana seluruh kegiatan perayaan dilakukan secara daring atau secara virtual. Tujuannya agar semua pihak dapat menyaksikan perayaan HDI 2020 di manapun mereka berada sebagai bagian dari upaya membangun kepedulian masyarakat bagi perwujudan kehidupan yang lebih aksesibel dan inklusif.

“Hari Disabilitas Internasional 2020 mengangkat tema ‘Membangun Kembali Kehidupan yang Lebih Baik, Lebih Inklusif, Lebih Aksesibel dan Berkelanjutan Pascapandemi Covid-19.’ Untuk itu saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk merayakan HDI 2020 dengan semangat menghilangkan hambatan, dan membuka peluang pemulihan kondisi ekonomi para penyandang disabilitas pascapandemi Covid-19 untuk memastikan kualitas kehidupan penyandang disabilitas yang lebih baik,” terang pria yang memiliki kepedulian besar terhadap isu-isu penyandang disabilitas ini.

Website Creative Disability Gallery merupakan galeri virtual berbentuk dome yang menampilkan beragam acara seperti pameran karya penyandang disabilitas, pertunjukan kreatif, talkshow, sharing session, live games, dan kisah-kisah inspiratif para penyandang disabilitas.

Pada situs ini pengunjung dapat menyaksikan karya dan produk penyandang disabilitas yang berkualitas, mengenal lebih dekat lagi para penyandang disabilitas, dan memetik pembelajaran dari semangat mereka yang selalu menyala di tengah keterbatasan.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY