Selain Kurang Gizi, Apa Penyebab Utama Stunting di Indonesia?

0

Pelita.Online – Kemenkes telah tetapkan 12 provinsi yang perlu difokuskan untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia. kasus stunting di Indonesia menjadi salah satu masalah yang perlu pengawasan dari berbagai pihak termasuk pemerintah.

Tujuh provinsi yang memiliki stunting tertinggi, yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Serta lima provinsi dengan jumlah kasus terbesar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Banten.

Arti Stunting

Mengutip dari WorldHealthOrganization, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial. Anak-anak dikatakan stunting jika tinggi badan diawah usia pada umumnya.

Beberapa konsekuensi yang dapat menjadi pendorong terjadinya stunting termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, kehilangan produktivitas dan bila disertai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak, peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa.

Dari lama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan seseorang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak. Hal ini dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen dan menyebabkan kerusakan yang lama.

Arahan presiden Republik Indonesia terhadap percepatan penurunan stunting di Indonesia telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Semakin banyak kasus stunting yang terjadi di Indonesia.

Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari) sampai dengan usia dua tahun. Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.

Penyebab utama stunting di Indonesia adalah karena asupan gizi dan nutrisi yang kurang mencukupi kebutuhan anak, pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, buruknya lingkungan tempat tinggal.

Sebelum kelahiran sekitar 23% anak yang baru lahir kondisinya sudah stunted akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia. Dan setelah lahir angka stunting meningkat signifikan pada usia 6-23 bulan.

Karena itu, perlu adanya pengukuran panjang badan dan pemantauan perkembangan balita di Posyandu setiap bulan agar dapat mendeteksi adanya masalah gizi yang terjadi sehingga bisa dilakukan intervensi lebih awal untuk stunting dan munculnya gizi buruk.

sumber : tempo.co

LEAVE A REPLY