Sidang Isbat: Hilal Tak Cukup Syarat, Prediksi Lebaran Sabtu 22 April

0

Pelita.online – Tim rukyatul hilal Kementerian Agama (Kemenag) melalui sejumlah kanwil di sejumlah daerah melaporkan kondisi hilal yang belum mencukupi syarat untuk pergantian bulan dari Ramadan menuju Syawal, Kamis (20/4).
Dalam seminar Kementerian Agama–dalam rangkaian sidang isbat Kemenag di Jakarta, sejumlah Kanwil melaporkan posisi hilal yang masih cenderung di bawah tiga derajat.

“Ketinggian hilal 1,69 derajat,” jelas paparan dari Kanwil Provinsi Maluku, dalam teleconference di acara tersebut. Pemantauan tim Kanwil Kemenag Maluku digelar di patung Martha Christina Tiahahu Kota Ambon.

Dengan kondisi demikian, pada umumnya dan berdasarkan ketetapan-ketetapan yang dibuat Kemenag di tahun sebelumnya, maka datangnya 1 Syawal akan digenapkan dengan melakukan ibadah puasa satu hari lagi. Artinya, jika pertimbangan tersebut diambil pada tahun ini, maka 1 Syawal atau Idul Fitri 1444 Hijriah akan jatuh pada Sabtu (22/4).

Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama (Kemenag), Ing Khafid menguatkan paparan bahwa memang posisi hilal awal bulan Syawal 1444 secara umum di Indonesia pada Kamis (20/4) petang tingginya kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.

“Ya, betul (hilal belum memenuhi syarat). Kita fokus ke wilyah NKRI dari Merauke atau Jayapura di timur sampai Sabang bahkan titik nol di Indonesia. Sabang sana itu belum ada yang memenuhi kriteria MABIMS,” ujar Ing Hafid.

“Sehingga kalau kita bicara scientific karena nanti kita harus nunggu sidang isbat, kepastiannya ada di sidang isbat. Kalau saya gak boleh memastikan lebaran hari Sabtu, gak bisa juga, tetapi kalau bicara scientific, alasan ilmiah, prediksinya hari Sabtu (22/4),” ujar dia

Seperti diketahui,  Kemenag bersandar pada kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) dalam penetapan 1 Syawal. Kesepakatan itu yakni ketinggian hilal 3º dan elongasi atau sudut Bulan-Matahari 6,4º.

Adapun hilal merupakan bulan sabit pertama yang teramati sesudah magrib penanda awal bulan hijriah. Hilal menjadi bukti paling kuat telah bergantinya periode fase bulan yang didahului bulan sabit tua dan bulan mati.

Kemenag sendiri telah menentukan 123 titik pemantau hilal 1 Syawal 1444 H di seluruh provinsi di Indonesia. Tim berasal dari petugas Kanwil Kemenag yang bekerja sama dengan Pengadilan Agama, ormas Islam serta instansi terkait.

Setelah penjelasan soal pemantauan hilal ini, Kemenag akan menggelar sidang Isbat penentuan 1 Syawal dan Hari Raya Idulfitri 2023 secara tertutup.

Hadir dalam sidang isbat Kemenag tersebut Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, perwakilan ormas Islam, dan perwakilan duta besar negara sahabat.

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY