Uniknya Liburan di Pangandaran, Bisa Barter Novel Langka

0
MM Book Shop di Pangandaran (Andi Nurroni/detikTravel)

Pelita.Online, Pangandaran – Jika liburan akhir pekan ke Pangandaran, ada destinasi yang unik untuk para traveler. Ada toko buku dengan sistem barter, MM Book Shop namanya.

Sebuah toko buku unik berdiri di Pangandaran sejak 1987. Mempunyai ribuan koleksi, toko buku ini menjadi buruan wisatawan penggemar buku untuk menjual, membeli atau menukar buku mereka.

MM Book Shop, nama toko buku ini, berada di Jalan Pasanggrahan, kawasan wisata Pantai Pangandaran. Fasilitas ini dirintis Masrudin (52), seorang pemandu wisata.

Berbagi cerita kepada detikTravel, Kamis (17/1/2019) Masrudin menyampaikan, saat ini ia memiliki lebih-kurang 5 ribu koleksi buku berbagai bahasa, yang terdiri dari novel, panduan perjalanan dan buku-buku non-fiksi lainnya.

Masrudin pemilik MM Book Shop (Andi Nurroni/detikTravel)

Koleksi terbanyak, menurut dia, adalah buku berbahasa Inggris, Jerman, Belanda, Perancis dan Jepang. Belakangan, kata dia, koleksi buku Bahasa Indonesia juga bertambah.

Ia menjelaskan, buku-buku tersebut ia kelola dengan sistem jual-beli, barter atau tukar-tambah dengan para pelancong https://www.detik.com/tag/news/wisatawan/. Selain itu, tak jarang juga ia mendapatkan hibah dari para turis yang menjadi kliennya.

Buku-buku yang dijual di tempatnya, menurut Masrudin, dibanderol harga Rp 35 ribu sampai Rp 75 ribu. Untuk tukar-tambah atau barter, menurut Masrudin, harga menyesuaikan dengan kualitas buku.

(Andi Nurroni/detikTravel)

Lebih dari sekedar toko buku, tempat ini menjadi saksi bisu pasang-surut industri pariwisata Pangandaran. Ribuan koleksi buku dalam belasan bahasa dunia ini merekam data kunjungan wisatawan asing yang datang ke kawasan wisata andalan Provinsi Jawa Barat ini.

Lebih dari 30 tahuh menjaga toko buku, Masrudin menyimpan berbagai kesan dan pengalaman unik. Salah satu hal yang mengesankan buat dia adalah minat baca turis-turis dari negara luar.

Ia mencontohkan, meski pun zaman telah berubah karena perkembangan teknologi, minat baca bangsa-bangsa dari negara maju tidak pernah surut.

“Kayaknya lima tahun ke belakang ya, ada tren mereka (turis asing) tidak membawa buku fisik, tapi mereka menyiapkan e-book di gadget mereka untuk menemani rekreasi mereka,” kata ayah dua anak ini.

Karena perkembangan teknologi pula, Masrudin mengaku bisnisnya sempat lesu. Namun begitu, setahun terakhir ini tren membaca buku fisik kembali menguat.

“Mereka bilang rindu memegang buku. Ada yang sudah bawa e-book, tapi pas lewat dan lihat buku, mereka membeli buku,” kata Masrudin.

Hal menarik lainnya, Masrudin menyaksikan geliat minat baca di kalangan masyarakat Indonesia, terutama sejak tahun 2000-an. Belakangan, kata dia, ada juga turis lokal yang meminati buku-buku berbahasa asing, khususnya Inggris.

Melihat tumbuhnya minat baca masyarkat Indonesia, terutama warga lokal, adalah kebahagiaan tersendiri bagi Masrudin. Atas dasar ini juga, kini Masrudin menyediakan lebih banya koleksi buku berbahasa Indonesia.

Detik.com

LEAVE A REPLY