Harga Logam Tanah China Anjlok Gara-gara Persaingan Lokal

0

Pelita.online – Menteri Perindustrian dan Teknologi Informasi China Xiao Yaqing menyebut harga logam tanah jaranganjlok. Logam tanah jarang dijual lebih rendah dari sebelum-sebelumnya karena persaingan sengit di negara tersebut dan pemanfaatan sumber daya yang rendah.

Logam tanah jarang ini bisa disebut sebagai kelompok 17 mineral yang digunakan dalam peralatan militer dan elektronik konsumen.

Mengutip auto.economictimes.indiatimes.com, Selasa (2/3), harga beberapa logam tanah jarang di China seperti praseodymium-neodymium (PrNd) melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Praseodymium-neodymium atau PrNd biasanya digunakan untuk magnet tanah jarang.
Sementara, harga logam tanah jarang lainnya yang ditambang secara bersamaan seperti cerium dan lanthanum tertekan karena jumlah pasokan melimpah. Cerium dan lanthanum biasanya digunakan untuk katalis penyulingan minyak.

Sejauh ini, Amerika Serikat (AS) bergantung dengan China untuk memenuhi kebutuhannya memasok logam tanah jarang. Pengiriman magnet tanah jarang ke AS mencapai 585 ton pada Desember 2020.

Jumlah pengiriman magnet tanah jarang ke AS pada akhir tahun lalu menjadi yang tertinggi sejak 2016 lalu. Namun, data Bea dan Cukai China menunjukkan ekspor logam tanah jarang sepanjang 2020 adalah yang terendah sejak 2015 karena pandemi covid-19.

Sementara, Kementerian Perindustrian China mengusulkan untuk memperketat regulasi sektor tanah jarang mulai Januari 2021. Hal ini termasuk ketentuan mengenai importir dan eksportir harus mematuhi aturan tentang perdagangan luar negeri dan kontrol ekspor.

“Pemerintah harus berperan dalam menjaga ketertiban pasar, melonggarkan apa yang bisa dilonggarkan dan mengontrol apa yang harus dikontrol,” terang Xiao.

Ia mengatakan sejumlah perusahaan yang memproduksi tanah jarang memiliki pasokan berlebih. Hal ini berdampak pada masalah lingkungan dan tingkat pemanfaatan sumber daya yang rendah.

Sementara, China justru kekurangan produk tanah jarang tingkat tinggi. Karena itu, ia mengakui negaranya masih harus belajar dari perusahaan Jepang dalam mengembangkan sektor logam tanah jarang.

Sumber : Cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY