Pelita.Online, Palembang – Para ABG di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan melakukan protes jalan rusak di wilayahnya. Aksinya itu kini viral dan mendapat respon positif karena diinilai unik dan kreatif saat berani mandi lumpur. Bagaimana ceritanya?
“Awalnya jalan itu jalan yang saya lewatin setiap hari. Saya selalu pergi pagi pulang malam dan saya harus lewat jalanan itu,” ujar Fotografer Robby Ari Sanjaya, yang memotret para ABG cewek tersebut, saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (27/2/2019).
Karena kesal melihat kondisi jalan yang selalu dilewatinya rusak semakin parah, Robby akhirnya putar otak mencari ide. Dia ingin memotret jalanan dengan cara unik dan kreatif untuk menceritakan isi hatinya.
“Dari pada kesal begini, kenapa gak saya foto saja ya. Kemudian saya kumpulin ide buat setiap foto ada ceritanya, mulai dari foto romantis, tragis, tetapi juga ada sisi komedi. Intinya lebih mengekspresikan kekesalan saja,” kata Robby.
“Saya kan fotografer, ya itu ada 70:30, 70 itu mengekspresikan kekesalan saya dan sisanya itu kritikan. Ya untung-untung itu ada yang mendengarkan,” sambung pria berusia 40 tahun tersebut.
Untuk model, Robby mulai menghitung sesuai kebutuhan agar mendapat hasil maksimal. Selanjutnya membuat status di WhatsApp untuk mencari anak muda yang punya ide kreatif, tidak malu serta bersedia main di lumpur.
“Kalau modelnya itu pas sudah dapat ide baru saya simpulkan butuh berapa orang. Saya butuh 4 orang, kemudian saya bikin status di WhatsApp dan bilang saya cari yang tidak malu, pede dan bisa letakkan di lumpur,” kata Robby.
Ide sudah tergambarkan dan model pun telah dapat. Selanjutnya sang fotografer itu membuat grup WhatsApp untuk bisa saling bertukar fikiran dan ide sebelum turun ke lapangan. Di grup itu juga Robby membicarakan peralatan yang nantinya akan digunakan.
“Saya sampaikan ide mau buat ini, ini, ini dan mereka nggak ada protes. Saya cari alatnya, setelah selesai saya sampaikan menunggu 2 malam ini biar hujan supaya dapat genangannya,” katanya.
 Foto: (dok Istimewa-Robby) |
Alam pun bersahabat, 2 malam daerah OKU diguyur hujan deras. Selanjutnya mereka menjalankan aksinya di jalan kabupaten yang menghubungkan antar kecamatan menuju pusat pemerintahan OKU.
“Kami pemotretan Minggu pagi (24/2). Bebek, kursi itu ada di pikiran saya saja. Kursi sama bangku kecil itu anak-anak yang bawa sendiri. Tapi kalau dari sisi pakaian sih belum sesuai dengan yang saya inginkan,” katanya.
Detik.com
