Angka Perceraian Tinggi di Jabar, Atalia Gandeng NU Sosialisasi ’21-25′

0

Pelita.online – Lonjakan angka gugatan dan permohonan cerai di Jawa barat bertambah saat memasuki Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yakni pada rentang Mei – Juni – Juli.

Laman resmi Pengadilan Agama Bandung, SiKABAYAN (kabayan.pta-bandung.go.id) mencatat, dari awal tahun hingga 29 Agustus 2020, terjadi 55.876 perceraian di Jawa Barat. Dari semua satuan kerja Pengadilan Agama se-Jawa Barat lonjakan gugatan cerai melonjak dari angka 2.734 pada Mei 2020 ke angka 12.617 pada Juni, begitu pun dengan bulan Juli angka gugatan mencapai 11.797 gugatan.

Ketua TP PKK Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil mengatakan untuk menekan angka perceraian itu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar mengkampanyekan program ’21-25 Keren’. Apalagi, angka perceraian semakin meningkat di masa pandemi COVID-19.

Program 21-25 Keren ini menjadi sebuah kampanye dari BKKBN Jabar untuk menguatkan konsep menikah di usia ideal, yakni perempuan di usia 21 tahun dan untuk laki-laki di usia 25 tahun. “Sehingga penting bagi kita semua untuk mengedukasi masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat soal pernikahan di usia matang 21-25,” kata Atalia di Hotel Savoyy Homann, Kota Bandung, Sabtu (12/9/2020) .

Ia pun menggandeng Fatayat NU Jabar untuk ikut menyebarkan kampanye ’21-25 Keren’ untuk menekan angka kasus perceraian di Jabar.
“Jadi, saya kira program ini patut sama-sama kita dorong di masyarakat, supaya kasus-kasus tersebut tidak muncul lagi seperti saat ini,” kata Atalia.

Adapun, menurutnya, salah satu indikator terkait dengan banyaknya kasus perceraian di Jabar itu adalah faktor ekonomi, termasuk juga percekcokan rumah tangga yang semuanya dipicu oleh pernikahan dini sehingga mereka belum matang baik secara fisik maupun mental. Bersama Fatayat NU, TP PKK Jabar pun melakukan konseling pranikah yang isinya merupakan bekal bagi calon orang tua, agar bisa siap secara fisik dan mental.

Ketua Fatayat NU Jabar Hirni menjelaskan pihaknya pun membuka diri untuk bekerja sama dengan BKKBN dalam mengembangkan program baru yang lebih tepat sasaran. “Salah satunya konseling pranikah yang sudah disepakati belum lama ini. Dengan kekuatan 27 pengurus cabang di tingkat kabupaten dan kota, 600-an pengurus anak cabang di tingkat kecamatan, dan 6.000-an pengurus ranting di tingkat desa atau kelurahan, pola kolaborasi pemerintah-masyarakat ini bakal berdampak besar,” tutur Hirni.

Hirni berujar program konseling pranikah bersama BKKBN Jabar tengah dalam proses MoU dan diharapkan menjadi titik awal untuk dapat membangun sinergi di program-program lainnya. “Fatayat NU bisa menjadi subjek sekaligus objek program-program pembangunan. Dengan senang hati kami menyambut baik kerja sama ini,” ujar Hirni.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY