BI Turunkan Bunga Acuan, Dampaknya Belum Terasa ke Bank

0

Pelita.online – Kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) memberi dampak pada pembiayaan lewat pasar modal. Bahkan, pembiayaan lewat pasar modal tumbuh lebih kuat dibanding kredit perbankan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penerbitan surat utang (obligasi), efek beragun aset (EBA), sukuk (obligasi) syariah tumbuh 28,1% yoy pada September 2019.

Lalu, penerbitan surat jangka pendek atau medium term note (MTN) tumbuh 17,3%.

“Penerbitan obligasi, EBA, sukuk pada bulan September tumbuh 28,1% yoy. Demikian juga medium term note MTN pada September tumbuh 17,3%. Nah ini pembiayaan pasar modal non kredit perbankan yang tentu saja menunjukkan korporasi-korporasi pembiayaan ekonomi juga banyak dari pasar modal,” katanya di Gedung BI Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Dia mengatakan, pembiayaan dari penerbitan saham perdana atau initial public offering (IPO) dan penerbitan saham baru (rights issue) tumbuhnya belum terlalu kuat. Hal itu dipengaruhi ketidakpastian pasar saham global.

Lanjutnya, kondisi ini menunjukkan kebijakan BI memberi dampak pada pembiayaan lain. Kebijakan BI sendiri yakni dari penurunan suku bunga acuan hingga makro prudensial melalui penurunan uang muka properti maupun kendaraan.

“Jadi kesimpulannya bahwa kebijakan akomodatif BI yang ditempuh melalui penurunan suku bunga, pelonggaran likuiditas, pelonggaran kebijakan makro prudensial itu mampu meningkatkan pembiayaan ekonomi yang sekarang memang lebih terasa melalui pasar modal,” jelasnya.

Dia berharap, pembiayaan kredit akan lebih pesat ke depannya. Patut diketahui, pertumbuhan kredit pada Agustus 2019 sebesar 8,59% yoy. Angka ini lebih rendah dari Juli 2019 sebesar 9,58% yoy.

“Ke depan, kredit masih belum meningkat pesat, tapi ke depannya kami harapkan itu juga meningkat lebih cepat lagi. Karena biasanya ada jeda waktu dari penurunan suku bunga BI sampai penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan,” ujarnya.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY