Bulog Bangun 13 Fasilitas Pengolah Beras Premium

0

Pelita.online – Perum Bulog menyatakan tengah memulai pembangunan 13 fasilitas modern rice milling plant (MRMP) di sejumlah wilayah agar bisa memproduksi beras secara mandiri. Beras yang diproduksi diprioritaskan untuk kualitas premium namun akan dijual dengan harga setara beras medium.

Direktur Utama Bulog, Budi Waseso, mengatakan, fasilitas itu akan menjadi cikal bakal untuk pembentukan pasar beras bagi Bulog di dalam negeri. Selain itu diyakini akan membantu para petani karena fasilitas tersebut akan langsung menyerap gabah petani yang selama ini tergantung kepada tengkulak.

Ia menjelaskan, masing-masing unit MRMP terdiri dari pengering (dryer),penggilingan (milling), dan gudang Silo. Pada setiap MRMP, dryer memiliki kapasitas 120 ton per hari, milling 6 ton per hari, dan Silo berkapasitas 2.000 ton. Di setiap lokasi terdapat tiga unit Silo sehingga total kapasitas penyimpanan Silo sebanyak 6.000 ton.

Adapun 13 MRMP itu akan dibangun di Bojonegoro, Magetan, Jember, Banyuwangi, Sumbawa, Sragen, Kendal, Subang, Bandar Lampung, Karawang, Cirebon, Luwu Utara, dan Grobogan.

“Kita akan bangun di wilayah itu dan membeli gabah hasil panen petani. Lalu kita tampung melalui mesin pengering dan simpan sementara sehingga tidak mudah rusak,” kata Budi dalam konferensi pers virtual, Selasa (3/2).

Menurutnya fasilitas itu bisa langsung memproduksi beras premium. Namun, Buwas menegaskan akan menjualnya dengan harga setara beras medium. Sebagaimana diketahui, harga eceran tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp 9.450 per kg-Rp 10.250 per kg. Adapun HET beras premium sebesar Rp 12.800 per kg-Rp 13.600 per kg.

“Kalau nanti sudah terbangun pasti Bulog bisa produksi beras sendiri berkualitas premium tapi harga medium karena biaya produksinya sebenarnya sama,” ujarnya.

Dana yang digunakan dalam pembangunan 13 MRMP itu bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PNM) dari negara kepada Bulog sebesar Rp 2 triliun. PNM tersebut sudah diberikan sejak tahun 2016 dan ditarget selesai digunakan tahun 2018. Namun, berdasarkan hasil evaluasi, PNM harus digunakan sesuai dengan kebutuhan yang bisa meningkatkan daya saing Bulog dalam industri perberasan.

Di sisi lain, ekspansi Bulog untuk bisa menghasilkan produksi beras premium sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan porsi beras komersial. Sebagaimana diketahui, saat ini mayoritas stok beras Bulog didominasi oleh cadangan beras pemerintah (CBP) yang penggunaannya harus seizin pemerintah.

“Kita ingin memperbesar porsi beras komersial kita yang tidak diatur oleh pemerintah. Tahun 2021 kita memperkuat bidang komersial,” katanya.

 

Sumber : Republik.co.id

LEAVE A REPLY