Diprediksi Tak Lolos Ambang Batas Parlemen, PPP Klaim Berpengalaman

0
kampanye PPP Suryadharma Alie . ©2012 Merdeka.com

Pelita.Online – Survei Charta Politika Indonesia memprediksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak lolos ke Parlemen karena hanya mendapat 2,4 persen suara di Pemilu 2019. Salah satu sebabnya karena kasus OTT KPK, terhadap Romahurmuziy atau Rommy, ketum PPP saat itu.

Ketua DPP PPP, Lena Maryana Mukti, menolak dikatakan kasus Rommy mempengaruhi elektabilitas PPP.

“PPP organisasinya adalah organisasi kader yang tidak tergantung pada satu ketua umum dan bekerja berjalan dengan baik dan Partai PPP adalah partai yang cukup berpengalaman,” kata Lena ketika dihubungi wartawan, Jumat (5/4).

Menurut Lena, survei Charta Politika tak terlalu akurat. Sebab survei tersebut hanya memotret segelintir orang dan mengambil persepsi masyarakat saat ini. Kemudian, survei itu hanya mengambil beberapa sampel dan tidak menyeluruh.

“Itu tidak dipotret secara menyeluruh begitu ini hanya sampel-sampel saja dan mungkin sampel ini bukan di kalangan pemilih PPP kan begitu,” ucapnya.

Meski begitu, Lena mengakui bahwa kasus OTT Romy tetap memiliki dampak. Tetapi berdasarkan hasil kunjungannya ke basis pemilih, pilihan para pemilih tradisional PPP tak berubah.

“Bukan sama sekali enggak ada, (pengaruh OTT Romy pada elektabilitas) ada pertanyaan-pertanyaan, tetapi kami jelaskan. Sejauh ini enggak ada saya turun ke bawah bertemu dengan para pemilih yang pemilih loyalnya Ka’bah tetap memilih Ka’bah kok,” jelasnya.

Sebelumnya, Lembaga survei Charta Politika Indonesia merilis hasil survei Pemilihan Legislatif 2019. Hasilnya, elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerindra, dan Partai Golkar masih teratas dan menjadi pilihan masyarakat Indonesia.

PDIP masih menjadi pilihan tertinggi dengan 25,3 persen. Disusul, Partai Gerindra 16,2 persen dan Partai Golkar 11,3 persen. Tetapi masih ada partai yang berada di bawah 5 persen. Di antaranya PAN 3,3 persen; PPP 2,4 persen; PSI 2,2 persen; Partai Perindo 2,0 persen; dan Hanura 1,0 persen.

Dalam pemaparannya, Direktur Riset Charta Politica, Muslimin, menyebut tren elektabilitas kebanyakan partai meningkat dan stagnan. Namun, hal itu berbeda terhadap PPP. Elektabilitas partai berlambang kakbah itu menurun.

“Kalau dilihat dari sisi tren, sebagian besar partai memiliki tren naik seiring dengan semakin dekatnya pemilu legislatif. Sementara beberapa partai terlihat stagnan. PPP menjadi partai yang memiliki tren menurun,” kata Muslimin di Es Teller 77, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (4/4).

 

Sumber: Merdeka.com

LEAVE A REPLY