Gaya Blusukan Risma Dikritisi Mantan Staf Khusus Mensos Khofifah

0

pelita.online-Mantan Staf Khusus Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa bidang Program Kerja dan SDM era periode pertama Presiden Joko Widodo, Mas’ud Said mengkritisi gaya blusukan Mensos Tri Rismaharini dalam menangani penyandang masalah kesejahteraan sosial tuna wisma maupun gelandangan.

Menurut Mas’ud Said, gaya blusukan Risma dinilai tidak efektif dan tidak terintegrasi secara terukur menyusul viralnya aksi Risma blusukan sehingga menuai polemik saat menemukan tunawisma di kawasan Jalan Sudirman – Thamrin Jakarta.

“Kalau gepeng dihalau satu satu, tidak efektif. Itu seperti hit and run. Karena tidak terintegrasi. Akan lebih baik penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) itu dilakukan simultan, terintegrasi dan sistematis,” kata Mas’ud Said, dalam keterangan resminya kepada wartawan, Jum’at (8/1/2021).

Disebutkan penanganan PMKS seperti gelandangan atau tunawisma sebaiknya tidak dilakukan secara parsial, melainkan secara terintegrasi yang terukur. Pasalnya, di Kementerian Sosial sudah ada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang khusus menangani PMKS.

“Kemsos sejatinya sudah memiliki data yang terintegrasi terkait PMKS, yang menyatu di setiap provinsi, kabupaten dan kota. Harusnya Mensos saat ini bisa merancang program yang lebih sistematis,” tandasnya.

Ia menjelaskan, jika Risma mau merancang program dengan sistematis maka bisa diintegrasikan dengan program yang dilakukan di kabupaten kota. “Jadi dari Kemsos, ke Dinas Sosial setempat terintegrasi,” tandas Direktur Pasca Sarjana, Universitas Islam Malang tersebut.

Untuk itu, Risma harus melakukan banyak program solutif dalam penanganan PMKS. Seperti pembangunan terintegrasi Desaku Menanti di Gunung Kidul, Padang, Pasuruan dan juga di Kota Malang, yang bahkan kini menjadi penggerak ekonomi kreatif sebagai desa wisata.

“Kita berharap Bu Menteri Risma melalui Kemsos yang saat ini, bisa melanjutkan apa-apa yang dulu di tahun 2015 hingga 2017 telah dirancang Kemsos berkaitan dengan penanganan gepeng dan PMKS,” tegasnya.

Mas’ud Said mencontohkan penanganan PMKS di Kota Malang. Melalui Desaku menanti, kini telah berhasil menjadi kampung wisata topeng yang mampu mengangkat ekonomi masyarakat.

Seluruh tuna wisma dan gelandangan, kata Mas’ud, saat itu mendapat bantuan 40 rumah lengkap dengan tempat ibadahnya dan mendapat pendidikan sekolah serta pelatihan kerja menjahit dan membuat topeng dari Kemsos Khofifah kala itu.

“Wisata kampung topeng, adalah format penanganan tunawisma atau gepeng yang sudah terintegrasi. Hasilnya, program tersebut sukses dan mereka tidak menjadi gepeng lagi ,”ujarnya.

Mas’ud Said berharap dalam penanganan tunawisma juga harus ditanamkan perubahan mindset tidak lagi meminta. Melainkan diajak untuk lebih banyak memberi, sehingga mereka tidak kembali lagi.

“Kalau setiap hari menemui satu per satu tunawisma, lalu jumlahnya tunawisma se Indonesia berapa. Kalau jumlah puluhan ribu, maka butuh puluhan ribu hari untuk melakukan penanganan,”pungkasnya.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY