Gunung Karangetang Sulut Erupsi, 216 Orang Mengungsi

0
Gunung api Karangetang memuntahkan lava pijar di Siau kepuluan Sitaro. (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar).

Pelita.Online, Jakarta – Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, memuntahkan lava lewat erupsi pada 4 Februari pekan lalu. Hingga hari ke-5 masa tanggap darurat, ratusan orang masih mengungsi, dan banyak penduduk yang masih terisolasi.

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho lewat keterangan tertulis, Senin (11/2/2019). Disebutkan, ada empat kecamatan yang terkena dampak erupsi Gunung Karangetang, yakni Siau Barat Utara, Siau Tengah, Siau Timur, dan Siau Timur Selatan. Kecamatan yang paling parah kena dampak adalah Kecamatan Siau Barat Utara.

“Seluruh penyintas berasal dari kecamatan ini,” kata Sutopo.

Para penyintas mengungsi di shelter Passeng, jumlahnya ada 132 jiwa atau 34 keluarga, terdiri atas 69 laki-laki dan 63 perempuan. Di pengungsian SD GMIST Batubulan, ada 42 orang atau 11 keluarga, terdiri atas 20 laki-laki dan 22 perempuan. Ada juga 42 orang yang mengungsi di rumah-rumah kerabat. Total jumlah penyintas per 10 Februari 2019 adalah 216 jiwa, bertambah 3 jiwa dari hari kemarin.

“Selain itu, terdapat 499 jiwa yang masih terisolasi di Kampung Batubulan, di mana 42 jiwa berstatus penyintas dan 457 jiwa tetap tinggal di rumah masing-masing,” kata dia.

Lokasi yang terisolasi adalah Kampung Batubulan. Rombongan Bupati, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), serta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) mencoba mengakses Kampung Batubulan. Perjalanan laut ditempuh dari Pelabuhan Pehe ke dermaga Batubulan selama 30 menit. Kapal nelayan terkadang tidak dapat merapat karena kondisi tinggi gelombang dan cuaca. Saat ini, BPBD menyewa kapal nelayan untuk mendistribusikan bantuan ke Kampung Batubulan.

Gunung Karangetang Sulut Erupsi, 216 Orang MengungsiMuntahan lava Gunung Karangetang. (Dok. BNPB)

Bila sudah sampai di dermaga Batubulan, pengunjung perlu berjalan kaki untuk menempuh medan curam sejauh 900 meter. Akses ini berupa jalan setapak yang dibeton sekitar 80-100 cm, dengan kondisi jalan berlumut. Kendaraan roda dua bisa melintas, tapi perlu ekstrahati-hati.

Lokasi pengungsian warga Kampung Batubulan, yakni SD GMIST, dinilai masih aman dari aliran lava karena berjarak sekitar 1-1,5 km dari lava. Namun aktivitas Gunung Karangetang masih perlu diwaspadai karena sifatnya fluktuatif.

“Anak-anak di Kp Batubulan dapat kembali bersekolah mulai Senin, 11 Februari 2019, di SD Gmist dengan pembagian jadwal menyesuaikan dengan kondisi penyintas,” kata Sutopo.

Masyarakat setempat butuh air bersih dan air minum. Selama ini mereka mengandalkan air tadah hujan.

Pasokan aliran listrik di Kampung Batubulan juga terbatas. Pengiriman genset melalui jalur laut sulit dilakukan. PLN juga kesulitan menyediakan listrik di Kampung Batubulan karena akses jalur darat yang tertutup aliran lava. Saat ini warga mengandalkan genset sebanyak empat unit, dengan BBM yang terbatas.

“Ketersediaan BBM harus selalu dipantau terkait supply dan ketersediaannya, mengingat lokasi yang terisolasi menggunakan genset untuk aktivitas sehari-harinya karena aliran listrik ke Kp. Batubulan terputus oleh aliran lava,” kata Sutopo.

Detik.com

LEAVE A REPLY