Hasil Investasi Asuransi Jiwa Tahun Lalu Anjlok 84 Persen

0
ilustrasi

Pelita.Online, Jakarta — Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat hasil investasi pada sepanjang tahun lalu anjlok 84,5 persen dari Rp50,45 triliuun pada 2017 menjadi hanya Rp7,83 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang mencatatkan kenaikan hingga 48,6 persen dibanding tahun sebelumnya.

Ketua Bersama AAJI Maryoso Sumaryono menjelaskan isu perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi pemicu utama penurunan hasil investasi di industri asuransi jiwa. Pasalnya, sentimen itu berdampak negatif terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2018 kemarin.

“Jadi memang karena global perang dagang AS dan China hasil investasi melambat,” ucap Maryoso, Rabu (27/2).

Ia menyebut tak sedikit perusahaan asuransi jiwa yang menginvestasikan dana nasabah di dalam portofolio saham, baik langsung maupun melalui reksa dana. AAJI merinci, porsi investasi di reksa dana mendominasi penempatan investasi berkisar 34 persen, lalu saham 33 persen, Surat Berharga Negara (SBN) 14,4 persen, dan deposito 8,6 persen.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG terkoreksi 2,53 persen sepanjang 2018 dari posisi 6.355 ke level 6.194. Sementara, pada 2017 IHSG naik signifikan mencapai 19,99 persen.

“Walaupun turun kalau dilihat sepanjang tahun, tapi tetap lebih naik dibandingkan kuartal III 2018, ini juga mengartikan IHSG menguat pada kuartal akhir,” terang Maryono.

Sementara, Kepala Departemen Investasi AAJI Iwan Pasila memprediksi penempatan portofolio tahun ini tak berubah dan masih akan didominasi reksa dana dan saham. Ia berpendapat tak ada yang perlu dikhawatirkan karena pergerakan IHSG juga mulai membaik pada 2019.

“Tapi tetap harus dipastikan investasinya sesuai dengan karakteristik produk asuransinya,” kata Iwan.

Misalnya, kata dia, untuk produk proteksi kesehatan dengan jangka waktu hanya tiga sampai enam bulan, mungkin lebih baik investasi lebih banyak ditempatkan di deposito. Namun, jika memang produk asuransinya memiliki jangka waktu panjang bisa mencari peruntungan lewat saham dan reksa dana.

“Karena saham itu kan naik turun ya dan bagusnya memang untuk jangka panjang,” terang Iwan.

Mengutip RTI Infokom, IHSG sejak awal tahun hingga posisi terakhir atau year to date (ytd) tercatat menguat 5,47 persen. Sejauh ini, IHSG memang sudah kembali ke area 6.500, jauh lebih baik dari posisi akhir 2018 yang masih di area 6.100.

“Jadi sebenarnya ada potensi untuk hasil investasi tahun ini lebih baik dari 2018,” ungkap Iwan.

Kendati begitu, ia memprediksi pertumbuhan hasil investasi belum bisa kembali seperti tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 40 persen. “Mungkin pertumbuhannya di bawah 2017 lalu ya,” jelas Iwan.

CNN Indonesia

LEAVE A REPLY