Impor Turun Tajam, Neraca Perdagangan Mei Surplus US$ 2,09 Miliar

0

Pelita.online – Perekonomian di berbagai negara masih mengalami pelemahan sebagai dampak pandemi Covid-19. Angka inflasi di Indonesia dan beberapa negara lainnya juga menunjukkan perlambatan yang mengindikasikan permintaan sangat melemah. Sementara perkembangan harga berbagai komoditas umumnya mengarah kepada penurunan.

Untuk harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik 24,25 persen dari US$ 20,66 per barel pada April 2020 menjadi US$ 25,67 per barel pada Mei 2020. Tetapi bila dibandingkan dengan posisi Mei 2019, harga minyak mentah turun hingga 62,3 persen. Komoditas lainnya yang juga mengalami peningkatan harga antara lain perak, seng, tembaga, nikel, timah, cokelat, emas dan karet. Sedangkan yang mengalami penurunan harga yaitu batu bara, minyak sawit, dan minyak kernel.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 2,09 miliar atau US$ 2.091,7 juta. Surplus ini disebabkan oleh sektor nonmigas sebesar US$ 2.097,1 juta, walaupun sektor migas defisit sebesar US$ 5,4 juta.

Kepala BPS, Suhariyanto memaparkan, nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 mencapai US$ 10,53 miliar atau turun 13,40 persen dibanding ekspor April 2020. Demikian juga dibanding Mei 2019 yang turun 28,95 persen. Untuk ekspor nonmigas mencapai US$ 9,88 miliar, turun 14,81 persen dibanding April 2020. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Mei 2019, turun 27,81 persen.

Sementara nilai impor Indonesia Mei 2020 mencapai US$ 8,44 miliar atau turun 32,65 persen dibanding April 2020, demikian juga apabila dibandingkan Mei 2019 yang turun 42,20 persen. Untuk impor nonmigas mencapai US$ 7,78 miliar atau turun 33,36 persen dibanding April 2020. Apabila dibandingkan Mei 2019 juga turun 37,34 persen. Sementara impor migas mencapai US$ 0,66 miliar atau turun 23,04 persen dibanding April 2020, demikian juga apabila dibandingkan Mei 2019 turun 69,87 persen.

“Neraca perdagangan kita pada Mei 2020 mengalami surplus US$ 2,09 miliar. Namun terciptanya surplus ini kurang menggembirakan, karena ekspornya mengalami penurunan sebesar 28,95 persen, sedangkan impornya turun jauh lebih dalam mencapai 42,20%,” kata Suhariyanto dalam live streaming Data Ekspor-Impor Mei 2020, Senin (15/6/2020).

Suhariyanto memaparkan, penurunan terbesar ekspor nonmigas Mei 2020 terhadap April 2020 terjadi pada logam mulia, perhiasan/permata sebesar US$ 382,5 juta (40,90 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar US$ 130,6 juta (18,11 persen).

Ekspor nonmigas Mei 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 2,21 miliar, disusul ekspor ke Amerika Serikat sebesar US$ 1,09 miliar dan ke Jepang sebesar US$ 0,83 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,82 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$ 0,89 miliar.

Untuk impor, penurunan impor nonmigas terbesar Mei 2020 dibanding April 2020 adalah golongan mesin dan peralatan mekanis sebesar US$ 560,0 juta (30,56 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan kendaraan udara dan bagiannya sebesar US$ 22,8 juta (198,26 persen).

Sedangkan menurut penggunaan barang, impor konsumi turun 23,08 persen, impor bahan baku atau penolong turun 34,66 persen, dan impor barang modal turun 29,01 persen. “Penurunan impor bahan baku dan penolong serta impor barang modal ini perlu diwaspadai dan dicermati, karena ini akan berpengaruh besar kepada pada sektor industri, perdagangan, dan investasi,” kata Suhariyanto.

Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari – Mei 2020 masih surplus sebesar US$ 4,31 miliar. Neraca perdagangan Indonesia juga surplus dengan Amerika Serikat, India, dan Belanda. Sementara neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan Tiongkok, Thailand, dan Australia.

 

Sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY