Jadi ‘Raja Minyak’ Sehari di Kapal Tanker MT Sinar Morotai

0

Pelita.online – Seorang pria paruh baya terlihat sibuk mengintip dari teropong yang diletakkan di samping layar monitor kerja. Sesekali dia mengeluarkan perintah melalui radio handy talky di genggamannya sambil menikmati pemandangan dari atas kapal.

“Satu empat lima, satu empat kosong. Maju speed enam,” ucapnya secara berurutan.

“Satu empat kosong, ‘roger cap‘,” balas suara di ujung radio.

Pria berseragam putih dengan ban strip empat di kedua bahu tersebut tampak fokus menunjuk layar monitor. Dia adalah nakhoda MT Sinar Morotai, Kapten Syarief Effendi yang sedang mengarahkan anak buah kapalnya dari ruang navigasi.

Rangkaian angka yang sebelumnya disebutkan Syarief merupakan derajat arah tujuan kapal yang kerap disebut Morotai itu berlayar. Kapal dengan warna oranye tersebut sedang melaju dengan kecepatan 6 knot.

Morotai merupakan Kapal Pengangkut Minyak dan Bahan Kimia milik PT Samudera Indonesia Tbk. Kapal ini digunakan untuk mengantarkan minyak dan bahan kimia ke pelosok Tanah Air hingga luar negeri.

Melaut dengan Kapal Tangker Minyak MT MorotaiKapten Syarief Effendi, Kapten Kapal KM Morotai. (CNN Indonesia/ Aria Ananda)

CNNIndonesia.com berkesempatan berlayar bersama Syarief dan 15 anggota kru kapal Morotai saat kapal sedang singgah di dekat Pelabuhan Merak, Banten, Kamis (5/12).

Morotai memiliki panjang 95,3 meter dan lebar 14,6 meter. Kapal ini telah lebih dari 90 kali mengangkut berbagai jenis oli dan minyak sejak dibangun dari 2017.

“Untuk bahan kimia, kami biasa mengangkut methanol dan sulfisuda, kami juga angkut FAME (Fatty Acid Methyl Esther). Untuk minyak, biasanya kami angkut Solar, Avtur, atau turunan kelapa sawit,” ungkapnya.

Dengan kapasitas muatan sebesar 4.500 kiloliter (KL), Morotai kerap mengangkut sebesar 98 persen atau sekitar 4.300 KL muatan dalam sekali perjalanan. Dalam sebulan, Syarief bersama awaknya mengaku dapat melakukan empat hingga lima kali perjalanan.

Dengan sertifikasi internasional yang dimiliki kapal, ia menyebut Morotai dapat berlabuh di mana saja, pada wilayah domestik ataupun luar negeri. Namun, mayoritas Morotai hanya melakukan pengantaran muatan di sekitar perairan Asia Tenggara.

Melaut dengan Kapal Tangker Minyak MT MorotaiBeberapa petugas melakukan kontrol pada pipa di dek kapal. (CNN Indonesia/ Aria Ananda)

“Untuk domestik, kami bisa ke seluruh Jawa seperti Anyer, Surabaya, Merak, Semarang, Purbolinggo hingga Banjarmasin, Balikpapan, Bontang, Pontianak, Sumatera, Lampung, semuanya. Luar negeri biasa di Singapura, Malaysia seperti di Johor atau Penang. Kami juga pernah ke Filipina,” ungkapnya.

Menurut Syarief, dalam melakukan pengantaran muatan, terdapat tiga fase yang harus dilakukan, yakni pengangkutan, pelayaran, dan pendistribusian.

Dari ketiga proses tersebut, proses pengangkutan dan ‘penyedotan’ muatan lah yang dinilai Syarief cukup berisiko dan paling sulit dilakukan.

“Biasanya kami akan melakukan loading agreement di setiap pelabuhan. Jadi, akan dihitung dari kemampuan darat memompa (minyak dan bahan kimia), dan kemampuan kapal bisa menerima. Hal tersebut cukup berisiko, jangan sampai terjadi overpressure, soalnya tanki muatan itu bisa melendung dan meledak,” ungkapnya.

Setelah minyak ataupun bahan kimia berhasil disedot, pelayaran pun dilakukan dengan kecepatan penuh 12 knot atau 22 kilo meter per jam. Proses diikuti oleh pembongkaran muatan yang Syarief nilai relatif lebih mudah dilakukan dibanding loading muatan.

“Kalau bongkar muat itu kapasitas sedot darat kan jelas lebih tinggi,” tuturnya.

Kapal yang mengangkut barang tersebut melakukan pengisian bensin setiap proses pendistribusian berakhir. Kapasitas tanki bensin Morotai sendiri sebesar 200 KL. Pengisian bensin dilakukan dengan menggunakan marine fuel oil sebagai bahan bakar.

Tanki muatan Morotai terbuat dari bahan stainless steel, yang dapat menampung seluruh jenis minyak dan bahan kimia.

Seluruh kru kapal, termasuk Syarief, berjumlah 16 orang yang merupakan jumlah minimal untuk mengoperasikan suatu kapal pengangkut berdasarkan aturan yang telah ditentukan pemerintah. Masing-masing dari mereka memiliki kontrak dengan jangka waktu 6 Bulan.

Berdasarkan peraturan pelayaran sendiri, awak kapal pun hanya boleh menempati kapal selama 6 bulan. Setelahnya, awak kapal berpindah kapal dan mendapatkan kontrak baru.

Syarief meninggalkan seorang istri bersama dua anaknya dari Jakarta. Dia punya kesempatan bertemu dua kali dengan keluarga dalam pelayarannya bersama Morotai sepanjang 3 bulan terakhir.

Melaut dengan Kapal Tangker Minyak MT MorotaiPemandangan dari dek KM Morotai. (CNN Indonesia/ Aria Ananda)

“Terkadang ya pasti merasa rindu, itu wajar, semua kru juga mengalaminya, biasanya saya bertemu keluarga itu kalau sedang docking kapal sekitar Jakarta, kami punya waktu dua minggu,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Pengelola PT Samudera Indonesia Bani Maulana Mulia menjelaskan kapal tanker milik Samudera Indonesia telah menjadi kontributor besar dalam pendapatan perusahaan.

Kapal-kapal tersebut menghasilkan profit hampir sebesar US$10 juta dalam laporan keuangan perusahaan pada kuartal III 2019.

Operating profit kami hampir US$10 juta di luar non cash, dengan kerugian dari buku saja. Jadi secara operasional masih membukukan untung dari seluruh unit usaha, dengan kontribusi terbesar dari unit kapal tanker,” ujarnya.

Usai melakukan pelayaran singkat, Morotai kembali bersandar di bahu pantai. Jangkar diturunkan menjadi pertanda perjalanan dengan Morotai telah berakhir.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY