Masih Banyak Warga yang Anggap Pemerintah Lebih-lebihkan Bahaya Covid-19

0
Petugas dengan APD lengkap melakukan proses pemakaman jenasah dengan protokol Covid-19 di TPU Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, Jumat (22/1/2021). TPU Srengseng Sawah melakukan pemakaman rata-rata 50 jenazah per harinya. Rekor pemakaman sempat menyentuh di angka 63 orang. TPU Srengseng Sawah sebelumnya telah menampung lebih dari 400 jenazah Covid-19. Adapun daya tampung TPU itu dipatok sebesar 500 petak makam. Tren peningkatan angka kematian kasus konfirmasi positif Covid-19 dan pemakaman dengan protap Covid-19 menunjukkan pandemi Covid-19 di DKI Jakarta belum terkendali. SP/Joanito De Saojoao.

Pelita.online – Ternyata masih banyak warga negara Indonesia yang memiliki persepsi bahwa otoritas kesehatan masyarakat melebih-lebihkan bahayanya virus Covid-19.

Hal itu sesuai hasil temuan survei yang dilaksanakan oleh Indikator Politik Indonesia yang dipublikasikan Minggu (21/2/2021).

Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan dalam survei itu, pihaknya bertanya kepada para responden survei terkait misinformasi mengenai Covid-19.

Soal apakah virus corona mungkin sekedar hoaks atau kebohongan, sebanyak 41,6% responden menyatakan agak tidak setuju dan 26,3% menyatakan sangat tidak setuju. Sebanyak 18,5% responden menyatakan agak setuju, dan yang sangat setuju 2,7%.

Ketika ditanyakan apakah otoritas kesehatan masyarakat melebih-lebihkan bahaya Covid-19, 36,7% responden menyatakan agak setuju dan 6,2% menyatakan sangat setuju.

Sementara yang agak tidak setuju dengan melebih-lebihkan bahaya Covid-19, jumlahnya 32,1% dan yang sangat tidak setuju adalah 11,7%.

Survei juga menemukan bahwa ada 25,5% responden yang agak setuju dengan pernyataan “Virus corona dibuat di sebuah laboratorium” dan yang setuju 3,7%. Sementara yang agak tidak setuju dengan pernyataan itu berjumlah 27,6%, yang sangat tidak setuju 9,8%, dan yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab adalah yang paling besar yakni 33,4%.

Mengenai “pengobatan tradisional seperti jamu/empon-empon dapat mencegah virus corona”, sebanyak 39,1% responden menyatakan agak setuju, dan yang setuju 13%. Yang menyatakan agak tidak setuju 23,7% dan yang sangat tidak setuju adalah 4,1%.

Survei itu juga menemukan bahwa ada penurunan kekhawatiran terhadap informasi mengenai Covid-19. Jika pada survei September 2020 lalu sebanyak 55,7% responden menyatakan khawatir terhadap informasi menyesatkan soal Covid-19, kini angkanya turun ke angka 46,4%.

Untuk sumber informasi, mayoritas responden menyatakan televisi berita adalah sumber utama (79,2%), diikuti WhatsApp (47,1%), Facebook (35,9%), mesin pencari (32,2%), Instagram (20,9%), Koran (10,4%), Twitter (7,1%), dan Tiktok (5,9%).

Survei dilaksanakan pada 1-3 Februari 2021 dengan tema ‘Siapa Enggan Divaksin? Tantangan dan Problem Vaksinasi Covid-19 di Indonesia’.

Survei dilaksanakan menggunakan kontak telepon kepada 1200 orang responden yang dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung dari seluruh provinsi di Indonesia. Dengan asumsi metode simple random sampling, penelitian ini memiliki toleransi tingkat kesalahan (margin of error) plus minus 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY