Pakar: Populasi Tawon Vespa Meledak Gegara Sampah

0

Pelita.online – Laporan soal sengatan tawon vespa muncul dari berbagai daerah, kerap disertai kabar duka karena korbannya tewas. Pakar menyatakan populasi tawon vespa mengalami peningkatan, ukurannya juga bertambah besar. Apa terjadi mutasi?

“Tawon vespa bukan lebah yang memakan putik bunga,” kata pakar penanganan gigitan hewan berbisa (toksinolog), dr Tri Maharani, kepada wartawan, Selasa (10/12/2019).

Tawon vespa atau tawon ndhas dalam bahasa Jawa, bukan ‘bee’, melainkan ‘hornet’. Tawon vespa adalah pemakan segala atau omnivora, termasuk sampah. Semakin banyak sampah, semakin banyak bahan makanan untuk tawon, kian banyak pula jumlah tawon yang bisa hidup dari sampah tersebut.

“Itu berhubungan dengan sampah. Tawon ini omnivora, mereka bisa makan daging, sayur, ikan. Sampah membuat populasi mereka meledak,” kata Maha.

Pendiri dan koordinator Remote Envenomation Consultant Service (RECS) Indonesia ini telah mengamati tren merebaknya kasus sengatan tawon vespa sejak 2016, atau pertama kali mendapat laporan ada yang meninggal disengat tawon.

Kemudian dia mendatangi Klaten, Jawa Tengah, 2017, lokasi sengatan tawon vespa yang menimbulkan korban jiwa. Maha juga mengamati gejala di Yogyakarta, Cirebon, Banyumas, Solo, dan Kediri.

“Di Cirebon, hampir semua sarang-sarang tawon vespa ada di dekat orang jualan kaki lima, yakni makanan bebek, lele, jus buah. Sampah sisa kaki lima itulah makanan mereka, sehingga mereka bisa besar. Saya evakuasi di Cirebon, sarangnya mencapai 1 meter hingga 2 meter,” tutur Maha.

“Ini akibat kerusakan ekosistem,” imbuhnya.

Dia juga mengamati, ukuran tawon vespa yang sebelumnya sekitar 1 cm sekarang sudah cenderung lebih besar, yakni di atas 3 cm. Apakah terjadi mutasi genetik?

“Bukan. Ini karena makanan mereka banyak tersedia,” kata Maha.

 

Sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY