Peneliti LIPI Usul Presiden Dipilih 2 Periode Tapi Tak Berurutan

0

Pelita.online – Peneliti senior LIPI Prof Siti Zuhro mengusulkan ada perubahan dalam periode jabatan presiden. Siti mengusulkan presiden menjabat selama satu periode agar bisa fokus melakukan pekerjaannya.

“Ini pilihan ya. Mempertimbangkan berbagai hal tadi, kayaknya presiden itu sulit di periode pertamanya itu fokus hanya untuk kerja, karena lalu bagaimana dia terpilih lagi. Itu sudah lazim ya, jadi jamak kita lihat, di pilkada juga seperti itu,” kata Siti dalam diskusi ‘Menyoal Periode Ideal Jabatan Presiden’ di kawasan Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (24/11/2019).

Selain itu, Siti juga mengusulkan opsi lain yaitu presiden bisa dipilih untuk periode kedua namun tidak dalam jangka waktu pemilihan yang berurutan. Fokus pada pekerjaan kembali menjadi alasan Siti mengusulkan hal tersebut.

“Ya memang satu periode itu bagus. Kalaupun mau opsi lanjutannya, dua periode tapi harus diselingi dulu, tidak boleh langsung ikut lagi. Jadi fokus pada pekerjaannya saja. Mungkin memang perlu ada satu periode sehingga fokus. Kalau pun dijadikan dua periode, diselingi dulu,” ucapnya.

Namun demikian, menurut Siti, perlu ada kajian serius terkait periode jabatan presiden ini. Kajian itu menurutnya tetap harus memikirkan rakyat.

“Kalau satu periode dampak positifnya, dampak negatifnya ini kekuatan kelemahannya. Lalu juga kalau dua periode dengan ada jeda itu apa juga dampak-dampaknya positif dan negatifnya, prospektif tidak, aplikatif tidak untuk rakyat Indonesia,” ujar Siti.

Terkait usulan agar perdebatan periode jabatan presiden ini tidak dikaitkan dengan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Siti pun setuju. Ia pun meminta agar MPR diberi kesempatan untuk menampung aspirasi-aspirasi yang ada.

“Ya pastinya Pak Jokowi didera lagi oleh isu-isu yang tidak ada hentinya. Kita membuat polemik-polemik baru. Jadi menurut saya biarkanlah MPR ini sedang berproses. Kalaupun di luar MPR ingin ikut memberikan sumbang saran dan sebagainya, itu juga harus memahami filosofi teks dan konteks,” ucap Siti.

“Jadi jangan asal cuap. Harus memahami betul gitu ya. Ketika apakah bentuk ideal ini aplikatif, bermanfaat, dan sebagainya,” pungkasnya.

 

Sumber : 5

LEAVE A REPLY