Potret wanita pengungsi Gunung Agung di Hari Ibu

0
otret para ibu-ibu pengungsi Gunung Agung di Hari Ibu. ©2017 Merdeka.com/Gede Nadi Jaya

Jakarta, Pelita.Online — Tidak semua dari para wanita yang mendapat penghormatan di peringatan Hari Ibu yang jatuh pada Jumat (22/12) ini. Di Bali, sejumlah ibu-ibu pengungsi Gunung Agung lebih fokus menambah isi dompetnya dengan cara mencari pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum adam.

Bahkan dalam sebuah proyek bangunan rumah dekat pengungsian, di wilayah Badung Utara, para ibu-ibu ini berebut mengangkut pasir. Nampak juga di dalam Gedung Olah Raga Suwecapura Klungkung, ibu-ibu sibuk fokus membuat ulatan bahan anyaman bambu.

“Untuk buat wadah dari anyaman bambu satu lembarnya diupahi Rp 3.000. Kalau lagi semangat bisa sehari dapat 3 lembar hingga malam sambil tunggu ngantuk. Biasanya rata-rata cuma dapat selembar,” ucap Ayu ibu asal desa Sebudi di jumpai di posko pengungsian Gor Suwecapura.

Di tempat terpisah, di wilayah Badung Utara, para ibu-ibu terlihat begitu semangat bermandikan keringat mengangkut pasir dari sebuah truk. Terhitung ada Rp 8.000 yang mengambil kerjakan dadakan ini.

“Lumayan pak dari pada bengong saja. Tapi ini borongan. Satu truk dapat Rp 100 ribu. Ya tinggal kita bagi saja ber delapan,” aku bu Wayan saat menanti giliran angkut pasir.

Menurutnya, sebelum wartawan ini tiba sudah habis satu truk sebelumnya. “Ini truk yang ke dua pak. Sebelum pak datang, sudah satu truk,” akunya.

Ironisnya saat ditanya soal Hari Ibu, tidak satu pun dari mereka yang memperdulikan. Justru mereka menjawab bahwa hari ini adalah hari Jumat bukan Hari Ibu.

Bagi mereka mengenal tentang Hari Ibu hanya dirayakan bagi anak-anak mereka yang sukses dan menghormati orang tuanya.

“Anak saya masih kecil-kecil pak. Nanti kalau dia sukses, biar anak saya yang rayakan saya di hari ibu,” ungkap Wari menimpali.

Merdeka.com

LEAVE A REPLY