Puluhan Warga Wamena yang Pulang ke Trenggalek Terima Bantuan Transportasi

0

Pelita.online – Pemerintah Trenggalek memberikan uang pengganti transportasi kepada puluhan pengungsi kerusuhan Wamena asal Trenggalek. Bantuan uang tunai berasal dari para donatur dan lembaga zakat.

Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin mengatakan, jumlah pengungsi Wamena asal Trenggalek berjumlah 55 jiwa. Mereka terdiri dari balita, remaja hingga dewasa.

“Mereka waktu pulang itu masih menggunakan anggaran pribadi, nah kali ini kami berikan uang bantuan transportasi kepada seluruh pengungsi yang balik ke Trenggalek. Untuk yang naik pesawat kami ganti Rp 2,5 juta dan yang naik kapal laut Rp 1 juta,” kata M Nur Arifin, Sabtu (26/10/2019).

Bantuan tunai tersebut didapatkan dari penghimpunan dana dari para donatur melalui rekening donasi, maupun Baznas. Selain bantuan keuangan, pihaknya juga memberikan bantuan kebutuhan pokok serta peralatan sekolah bagi anak-anak.

“Karena sebagian pengungsi ini sudah ber-KTP Wamena, maka tidak kami ambilkan dari APBD. Tapi dari bantuan para donatur, lembaga maupun ASN,” ujarnya.

Menurutnya, penghimpunan bantuan melalui rekening donasi sempat terkumpul anggaran Rp 60 juta. Namun jumlah tersebut masih belum mencukupi, sehingga pemerintah memanfaatkan sisa dana kebencanaan.

“Kita kan masih ada dana kebencanaan yang dihimpun dari donatur saat kejadian-kejadian bencana sebelumnya. Itu yang kami pakai,” ujar Arifin.

Saat ini pemerintah daerah memberikan pendampingan kepada para pengungsi, termasuk layanan kesehatan. Sedangkan untuk pemulihan kondisi mental dan traumatik para pengungsi, Arifin mengklaim rata-rata pengungsi sudah berangsur-angsur pulih.

“Seperti kita lihat tadi, wajah mereka sudah cerah. Ini beda dibanding saat mereka baru sampai di Trenggalek beberapa waktu yang lalu. Kalau pemulihan psikologi yang paling penting adalah dari lingkungan dan keluarga,” imbuhnya.

Bupati menambahkan, puluhan pengungsi tersebut terdiri dari berbagai macam latar belakang, di antaranya pengusaha bengkel, pekerja bengkel, CPNS, pedagang kuliner, anak-anak hingga ibu rumah tangga.

Sementara itu salah seorang pengungsi, Sifaudin, mengaku masih ada rasa trauma akibat peristiwa kerusuhan di Wamena. Pihaknya mengaku memilih untuk menetap di Trenggalek dan tidak kembali ke perantauan. Meski demikian beberapa rekannya masih berniat untuk balik lagi ke Wamena.

“Sebelumnya saya di Wamena sudah empat tahun. Saya kerja di Bengkel milik Pak Rukhani. Kalau saya sendiri tidak balik lagi, tapi kalau yang lain ada yang mau balik lagi,” imbuhnya.

Pihaknya mengaku cukup puas dengan berbagai layanan yang telah diberikan pemerintah daerah, termasuk penjemputan dari bandara dan pelabuhan.

 

Sumber : Detik.com 

LEAVE A REPLY