Refleksi 23 Januari Hari Perlawanan Rakyat Luwu

0

Pelita.online – Proklamasinya Indonesia 17 agustus 1945, menandakan telah merdekanya suatu bangsa di atas tanah aiarnya, kedatuan luwu adalah salah satu kerajaan di nusantara dan pertama di Sulawesi selatan yang menyatakan bergabung dengan NKRI begitu kemerdekaan di kumandangkan bung karno dan bung hatta. Namun penjajahan di tanah luwu masih saja terjadi pasca kemerdekaan tersebut sehingga Andi Djemma datu luwu kemudian memimpin gerakan “soekarno muda” yang dikenal kemudian dengan nama perlawanan rakyat luwu, Pada 23 januari 1946.

Andi Djemma memimpin rakyat luwu untuk mengangkat senjata melawan sekutu dan NICA(nederlands indies civil administration). Yang tidak rela dijajah kembali oleh Belanda, sehingga perang pun pecah di bumi sawerigading julukan tana luwu.
Merefleksi hari perlawanan rakyat luwu yang bertepatan pada tanggal 23 januari 2020 pada kaum muda, sejarah panjang perjuangan para pemuda dari tana luwu, bermula ketika prasyarat dibentuknya provinsi daerah tingkat I harus mempunyai 5 kabupaten/kota berdasarkan PP 23 tahun 2004, sehingga dari 2004 sudah ada wacana pembentukan DOB barutingkat II yaitu kabupaten luwu tengah yang bertempat di bagian walenrang-lamasi atau walmas, tahun 2005 dimasukkan pembahasan pemantapan mengenai kajian tersebut, 2008-2013 di masukkan usulan penetapan tersebut, di tahun 2013 di keluarkannya amanat presiden atau ampres maka pada tahun yang sama pemuda dan mahasiswa wija to luwu melakukan gerakan di daerah walmas untuk disahkannya menjadi DOB baru akan tetapi memakan korban jiwa padagerakan itu sehingga gerakan tersebut dinamakan “walmas berdarah”. Dan kemudian kembali terhalang dengan undang_Moratorium yang berarti penundaan pemekaran, Sehingga gerakan ditahun-tahun berikutnya stagnan.

Kemudian gerakan 23 januari 2019 dengan berhasil mendudukan gubernur prof. Nurdin Abdullah pada saat itu mengatakan ada jalan lain walaupun terhalang moratorium yaitu jalan diskresi, diskresi adalah hak progratip/istimewa dari presiden terkait pemekaran DOB dengan mengajukan usul ke presiden dengan melengkapi prasyarat tersebut, sehingga kembali memunculkan asa masyarakat wija to luwu terhadap penbentukan DOB luwu tengah di wilayah walmas, seperti yang kita ketahui walmas saat ini masih merupan bagian dari wilayah kabupaten luwu namun terpisah dari induknya(engklave) yang diantari kota madyia palopo.
Kini harpan itu kembali hidup, dengan sinergi dari 4 kepala daerah, KKL Raya, FoPKaLT dan niat tulus dari gubernur sulawasi selatan terhadap pembentukan luwu tengah semoga saja dapat terealisasi dalam beberapa waktu kedapan, namun bukan waktu yang singkat untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan kesabaran dan dukungan penuh dari seluruh wija to luwu.

Hari ini konteksnya telah berbeda dengan masa sebelumnya kita tidak berbicara lagi tentang perjuangan melawan penjajahan akan tetapi berjuang melawan diri kita sendiri, sebagai pemuda tentunya kita tidak hanya berdiam diri menunggu emas jatuh dari langit banyak hal yang dapat kita lakukan seperti halnya melakukan gerakan-gerakan moral terkait keadaan masyarakat diwilayah walmas yang harus menempu jarak yang sangat jauh ke ibu kota kabupaaten untuk mengerus administrasi dll, bukannya dalam program prioritas presiden adalah tranformasi birokrasi dimana pelayan itu semakin dekat dengan masyarakat bukannya malah menjauah, hal yang lain yang dapat dilakukan sebagai pemuda adalah belajara bersungguh-sungguh karena kita merupakan generasi pelanjut untuk menggantikan orang tua kita membagun tanah luwu pada khususnya dan bangsa pada umumnya. Tarakhir yang ingin saya sampaikan yaitu mari kita bersatu memperjuangkan pembentukan kabupaten luwu tengah agar generasi setelah kita tidak berpikiran lagi hal sama dengan apa yang kita lakukan tapi selangkah lebih maju yaitu tentang bagaimanaa membagun tana luwu untuk lebih baik kedepannya.
Terima kasih…

Penulis : Nur Aksan Ilyas

LEAVE A REPLY