Rote (Mungkin) adalah Bali Baru

0

Pelita.online –  Bali sudah jadi ikon pariwisata Indonesia. Maka setiap daerah yang punya potensi wisata ciamik bakal disandingkan dengan Bali. Rote mungkin salah satunya.

Kenal dong dengan Rote? Untuk menyegarkan ingatan, bisa disimak pula lirik lagu ‘Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote’. Rote sendiri adalah pulau terdepan selatan Indonesia. Terdepan, bukan terluar.

Pulau Rote masuk dalam Kabupaten Rote Ndao di Provinsi NTT. Jadi, kabupaten tersebut punya 90-an pulau dan hanya sekitar 7 pulau yang dihuni penduduk. Pulau paling besar yang jadi pusat pemerintahan kabupatennya adalah Pulau Rote.

Untuk menuju Rote, kita bisa naik pesawat menuju ke Kupang (ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur). Dari Kupang, cuma sekitar 20 menit sampai di Pulau Rote dengan naik pesawat perintis.

Panorama Rote dari jendela pesawat (Afif Farhan/detikcom)Panorama Rote dari jendela pesawat (Afif Farhan/detikcom)

Dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, penduduk di sana sebanyak 143.155 jiwa. Kabupatennya punya 10 kecamatan, dengan Kota Ba’a di Kecamatan Lobalain adalah pusat kotanya.

Panas, begitu kesan pertama saya tiba di Rote. Matahari bersinar terik, tapi mata ini terhipnosis dengan langitnya yang biru dan gumpalan awan bak kapas.

Panasnya cukup membakar kulit (Afif Farhan/detikcom)Panasnya cukup membakar kulit (Afif Farhan/detikcom)

To’o adalah sebutan hormat dan mendalam kepada pria, sedangkan Te’o untuk wanitanya. Mereka, penduduknya begitu ramah kepada wisatawan termasuk wisatawan mancanegara.

Lho kok, wisatawan mancanegara? Memangnya ada turis yang ke sana?

Jawabannya ada dan banyak. Banyak wisatawan mancanegara dibanding wisatawan lokal yang mengunjungi Rote. Bahkan pesawat yang saya tumpangi dari Kupang kala menuju Rote, kebanyakan diisi oleh turis. Wisatawan lokalnya, ya hanya saya dan tim dari detikcom yang mau meliput ke sana.

Turis mancanegara datang ke Rote untuk satu alasan yakni liburan. Mereka mau berjemur di pantai-pantai eksotisnya sampai main surfing menaklukkan ombak yang gahar.

Turis yang tiba di Bandara DC Saundale, Rote (Ari Saputra/detikcom)Turis yang tiba di Bandara DC Saundale, Rote (Ari Saputra/detikcom)

Soal pantai, Rote juaranya. Ada begitu banyak pantai di Rote yang memikat hati Pantai Nemberala, Batu Pintu, Pantai Oeseli, Pantai Tiang Bendera, Pantai Lifulada, hingga Mulut Seribu.

Tipikal pantai di Rote pun lengkap. Ada yang konturnya landai dan berpasir putih, serta ada yang dipenuhi karang. Tinggal pilih saja mau ke mana!

Siapa yang tergoda untuk mampir ke sini? (Afif Farhan/detikcom)Siapa yang tergoda untuk mampir ke sini? (Afif Farhan/detikcom)

Soal surfing, Pantai Nemberala dan Pantai Ba’a adalah incaran turis mancanegara. Ombaknya bisa sampai 4 meter dengan gelombang yang panjang.

Turis main surfing di Pantai Nemberala (Istimwa)Turis main surfing di Pantai Nemberala (Istimwa)

Untuk wilayah perbukitan, Batu Termanu bisa jadi pilihan. Mau wisata lebih menantang, cobalah ke Pulau Ndana yang posisinya paling selatan di Kabupaten Rote Ndao. Ya sebenarnya paling selatan Indonesia adalah Pulau Ndana, tapi di sana tak ada penghuninya kecuali tim Satgas gabungan TNI yang bertugas menjaga perbatasan.

Batu Termanu (Abdul Haris/detikcom)Batu Termanu (Abdul Haris/detikcom)

Tapi soal fasilitas penunjang pariwisata. Hmm, inilah PR (pekerjaan rumah) buat Rote.

Soal akomodasi, jumlah penginapan di Rote masih minim. Paling lengkap di sekitar Pantai Nemberala, ada homestay sampai resort. Resortnya dibanderol jutaan rupiah per malam.

Di Kota Ba’a juga terdapat beberapa penginapan. Sedangkan di kawasan Pantai Oeseli sedang dibangun pembangunan resort oleh investor dari Bali.

Salah satu resort yang sedang dibangun di Pantai Oeseli (Ari Saputra/detikcom)Salah satu resort yang sedang dibangun di Pantai Oeseli (Ari Saputra/detikcom)

Bagaimana perihal aksesibiltas?

Nah, akses juga jadi masalah di Rote. Begini, jalur utama atau jalanan utama di Rote sudah diaspal bagus sehingga kendaraan bisa melaju mulus. Hanya saja, akses menuju destinasi wisata seperti misal mau ke pantai, bukit, dan lainnya masih belum baik.

Kebanyakan jalanannya masih berupa kerikil dan pasir. Sehingga, kamu yang membawa kendaraan harus pintar-pintar menyetir.

Untungnya, sudah terdapat beberapa jasa penyewaan mobil di Rote. Harganya sih ya standar seperti di kota-kota lain, yang sehari dipatok 300-500 ribu rupiah. Tergantung jarak dan apakah memakai jasa supir atau tidak.

Jalan utama di Rote sudah mulus (Ari Saputra/detikcom)Jalan utama di Rote sudah mulus (Ari Saputra/detikcom)

 

Kalau menuju destinasi wisata masih kurang mulus (Ari Saputra/detikcom)Kalau menuju destinasi wisata masih kurang mulus (Ari Saputra/detikcom)

Untuk kamu ketahui juga, jarak ke tiap pantai di Rote lumayan jauh lho. Satu pantai ke pantai lain bisa 30 menit sampai 1 jam. Apalagi kalau ke wilayah Rote bagian selatan atau ke bagian timur. Dihitung jaraknya dari Kota Ba’a, bisa 2 jam lebih.

Kok ya saya pede bilang Rote bisa jadi Bali Baru?

Sebenarnya sih hanya spekulasi saja, makanya saya pakai kata ‘(mungkin)’ di judul. Dalam pengamatan saya, potensi wisata Rote tak bisa diremehkan seperti sudah saya jelaskan sebelumnya.

Urusan jaringan telepon, sudah ada operator seluler yang masuk di Rote. Jaringannya pun sudah 4G, hanya saja kalau ke wilayah yang jauh dari Kota Ba’a seperti ke Kecamatan Landu Leko di bagian timurnya, kadang jaringannya suka putus-putus.

Masyarakat di sekitar Mulut Seribu (Ari Saputra/detikcom)Masyarakat di sekitar Mulut Seribu (Ari Saputra/detikcom)

Urusan akomodasi, mungkin Rote bisa mengundang besar-besaran para investor. Masih banyak lahan kosong yang bisa dibangun berbagai penginapan. Dengan catatan, harus ramah dengan alam dan jangan asal sembarangan bangun.

Masyarakat Rote seperti pengamatan saya, sudah cukup sadar tentang pariwisata. Beberapa di antaranya beralih dari yang awalnya nelayan lalu membuka warung di sekitar pantai untuk memenuhi kebutuhan wisata.

Adanya plang peringatan seperti ini membuktikan masyarakat Rote sudah peduli akan kebersihan di tempat wisata (Afif Farhan/detikcom)Adanya plang peringatan seperti ini membuktikan masyarakat Rote sudah peduli akan kebersihan di tempat wisata (Afif Farhan/detikcom)

Untuk keamanan, Rote sebenarnya aman-aman saja. Saya teringat perbincangan dengan Komandan Kodim (Dandim) 1627/Rote Ndao Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko.

“Kalau ada yang jahat di sini mau lari ke mana sih. Pelabuhan dan bandara kita jaga, apalagi TNI dan polisi di Rote sangat baik hubungannya. Masih berani macam-macam?” terang dia.

Iya sih, wong banyak kok motor-motor penduduk yang ditaruh begitu saja di pinggir jalan. Mau lari ke mana kalau ada yang berbuat kejahatan?

Soal pesawat, hanya satu maskapai yang terbang ke Rote yakni Wings Air. Pertama berangkat dari Kupang pukul 06.00 WITA dan berangkat dari Rote pukul 07.25 WITA. Penerbangan selanjutnya yaitu berangkat dari Kupang pukul 02.30 Wita dan berangkat dari Rote pukul 03.30 Wita.

Bandara DC Saundale (Syanti Mustika/detikcom)Bandara DC Saundale (Syanti Mustika/detikcom)

Saya berandai-andai. Rote lebih dekat dengan Australia. Mengapa pemerintah membuka jalur penerbangan dari Australia (Kota Darwin di paling utara) menuju ke Rote?

Namun, berandai-andaian saya tentu tidak segampang itu. Pasti dibutuhkan perhitungan matang dan birokrasi yang tak mudah. Membuka penerbangan domestik saja cukup sulit, apalagi menggandeng negara lain. Tapi sih, bisa saja maskapai lokal lainnya juga ikut terbang ke Rote.

Mungkin bisa tambah penerbangannya dari Bali ke Rote? Duh tapi, kalau tiket pesawat sedang melambung tinggi pasti langsung lesu bagi wisatawan yang mau ke sana.

Rote punya bentangan alam yang indah (Afif Farhan/detikcom)Rote punya bentangan alam yang indah (Afif Farhan/detikcom)

Hati saya tertambat, sungguh tertambat di Rote. Bagi saya, Rote adalah bukti betapa indahnya Indonesia sampai ke ujungnya.

Semoga suatu hari nanti Rote bisa menjadi ‘Bali Baru’. Potensi wisatanya mubazir kalau disia-siakan. Apalagi dengan pariwisata, roda perekonomian masyarakat di sana akan lebih terdorong.

Akan tetapi, tentu pembangunan pariwisata di sana harus diperhitungkan matang-matang. Alam dan budayanya harus dijaga, jangan sampai tergerus oleh keserakahan manusia.

Semoga suatu saat nanti ya, Rote!

 

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY