Satoria Group Agresif Ekspansi di Sektor Agro dan Farmasi

0

Pelita.online – Satoria Group kian agresif memperkuat lini usahanya di sektor agro dan farmasi dengan menambah kapasitas produksi atas dua anak usahanya, PT Satoria Agro Industri dan PT Satoria Aneka Industri Industri.

Setelah PT Satoria Aneka Industri (Satoria Aneka) merampungkan penambahan kapasitas baru untuk produk cairan infus dan ampoule, kini giliran PT Satoria Agro Industri (Satoria Agro) sedang menyiapkan kapasitas baru untuk produk biskuit pada 2021.

CEO Satoria Group, Alim Satria, mengatakan, selama 2020 Satoria Agro menjadi mitra strategis Kemkes dalam paket pengadaan biskuit sebanyak 1.288 ton untuk ibu hamil guna mengurangi angka stunting dan bayi kurus. Di luar paket itu, Satoria Agro sebetulnya juga berpeluang menggarap paket pengadaan lainnya oleh LKPP, namun peluang itu dilepas karena keterbatasan kapasitas produksi. “Ini alasan kita menyiapkan kapasitas produksi baru di line 2 pada 2021, sehingga nanti total kapasitas produksi mencapai 24.000 ton per tahun,” kata Alim, Minggu (20/12/2020).

Selain untuk pasar reguler dan tender pengadaan biskuit oleh pemerintah, kapasitas baru juga untuk pengembangan produk baru. Yakni, biskuit nutrisi untuk kebutuhan calon jemaah haji dan untuk ransum TNI. Pengembangan produk baru itu merupakan rencana strategis ke depan untuk menjadi salah satu produsen biskuit terkemuka di Indonesia dengan mencanangkan target kapasitas produksi 120.000 ton per tahun hingga 2023.

Sejalan dengan rencana penambahan kapasitas baru, portfolio penjualan juga terus digenjot, baik pasar dalam negeri yang semakin besar dan bertumbuh dengan menyasar pasar modern dan pasar tradisional, maupun pasar ekspor. Awal tahun depan, pasar Asia Tenggara, Korea Selatan, Tiongkok, dan Mongolia juga akan mulai digarap.

“Strategi ini juga terkait rencana perusahaan untuk go public dengan melakukan IPO di 2022. Karena itu, kita juga perkuat produksi serat pangan larut dan perasa makanan,” terang Alim.

Adapun terkait dengan usaha Satoria Aneka, Alim menjelaskan, saat ini produksi cairan infus mencapai 120 juta botol dan ampoule 50 juta botol per tahun. Produksinya memenuhi kebutuhan cairan infus dalam negeri melalui tender pengadaan e-catalog tahun 2020 dan periode tahun 2021-2022. Beberapa item produknya dipercaya sebagai single winner di e-catalog dan tender LKPP Nasional, yakni produk ampoule water for Injection 25ml, water for Injection 100ml dan 250ml.

“Suplainya ke rumah sakit pemerintah deerah, Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang melayani program BPJS hingga ke pelosok daerah melalui kerjasama distribusi dengan beberapa BUMN, yakni Kimia Farma, Indofarma, dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI),” jelasnya.

Alim menyebutkan, satu hal yang sempat menjadi perhatian anggota Komisi IX saat berkunjung ke pabrik Satoria Aneka di Pasuruan, Jawa Timur sepekan lalu adalah proses produksi cairan infus dan ampoule yang menggunakan kemasan plastik berbahan PP (Polypropilene) dengan metode sterilisasi pemanasan hingga 121°Celsius. Metode itu sebetulnya sudah pernah diwacanakan di DPR RI sekitar 8 tahun lalu sebagai standar kemasan cairan infus yang lebih aman dan steril bagi masyarakat. Namun, wacana itu terhenti, karena apabila diterapkan akan terjadi ketidakmampuan suplai dari produsen pada waktu itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Nah, dalam diskusi dengan anggota Komis XI RI pada saat, kami mengajak mereka untuk menghidupkan kembali wacana itu, karena kami anggap penggunaan kemasan plastik berbahan PP dan metode sterilisasi pemanasan 121°Celsius bisa menjamin sterilisasi produk dan saat ini makin banyak digunakan di negara-negara di dunia,” tutur Alim.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades saat kunjugan ke pabrik Satoria Agro Industri dan Satoria Aneka Industri di Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (15/12/2020), mengatakan perubahan penggunaan bahan botol infus dari sebelumnya berbahan PE atau Polytheline ke PP atau Polypropilene sesuai anjuran Kemenkes dan BPOM dan sudah diterapkan oleh Satoria Aneka Industri itu sebetulnya agar mutu dan kualitas infus terjaga dengan baik.

“Kami akan mendorong BPOM dan Kemenkes juga bisa melakukan hal yang sama untuk industri atau pabrik infus yang lain. Sehingga standarnya akan sama dengan standar internasional, harus lebih baik kemasan infusnya dari PE ke PP ini,” kata Melkiades.

Pada kesempatan itu, ia menegaskan bahwa beberapa industri tetap stabil kondisinya dan bahkan masih bisa melakukan ekspansi serta inovasi produk saat pandemi sekarang. “Kondisi itu yang saya lihat dalam kunjungan kita ke pabrik Satoria ini, sehingga tetap bisa berinovasi dengan membuat produk subtitusi gula dari produk lokal,” tandasnya.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY