Sempat Rugi Kurs, PLN ‘Mendadak’ Cetak Laba Rp11,6 Triliun

0

Pelita.online – PT PLN (Persero) mengklaim telah mencetak laba bersih sebesar Rp11,6 triliun sepanjang 2018. Capaian tersebut meningkat 162 persen dibandingkan perolehan keuntungan 2017 yang hanya Rp4,42 triliun.

“Penjualan naik, semua naik, namun masih belum seperti yang diharapkan di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Di RUPTL (penjualan) target tumbuh 7 persen, (realisasinya) ini 5 koma sekian persen, tetapi masih tetap membukukan laba Rp11,6 triliun,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama merangkap Direktur Pengadaan Strategis II PLN Djoko Rahardjo Abumanan di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rabu (29/5).

Perseroan, lanjut Djoko, meminta kepada pemerintah selaku pemegang saham agar seluruh laba tahun lalu menjadi laba ditahan atau tidak ada setoran dividen. Pasalnya, perseroan ingin menggunakan dana tersebut untuk kebutuhan investasi tahun ini yang nilainya mencapai Rp99 triliun.

“Kami minta (laba) itu bisa dipakai untuk investasi masih banyak yg harus diperbaiki,” ujarnya.

Djoko mengungkapkan keuangan perseroan tahun lalu terbantu oleh tambahan piutang dari kerja sama dengan PT PGN Tbk yang nilainya lebih dari Rp6 triliun. Namun, Djoko tidak menyebutkan secara spesifik kerja sama yang dimaksud.

Perseroan juga masih meraih untung karena melakukan efisiensi di tengah tekanan pelemahan nilai tukar dan meningkatnya harga energi primer.

“Beban naik tetapi efisiensi tetap terjadi. Pertumbuhan beban dibanding pendapatan masih lebih bagus pertumbuhan pendapatan,” ujarnya.

Terkait laba tahun ini, Djoko berharap akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Namun, Djoko menyadari raupan laba bergantung pada pergerakan nilai tukar dan harga energi primer.

Sampai kuartal III 2018, PLN diketahui mengalami rugi hingga Rp18,46 triliun. Sofyan Basyir, Direktur Utama PLN kala itu menyebutkan hal itu disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sehingga terjadi rugi kurs. Rugi kurs sangat mempengaruhi jumlah pinjaman perseroan yang dicatat di laporan keuangan. Pada akhirnya, angka liabilitas perusahaan seolah-olah membengkak sejak awal tahun.

Saat itu dijelaskan, selisih angka utang dari kuartal III 2017 hingga 2018 dimasukkan sebagai beban kurs, dan otomatis menjadi faktor pengurang laba operasional. Ia menghitung, selisih kerugian kurs hingga September kemarin mencapai Rp17,33 triliun.

Kendati demikian, Sofyan menilai kinerja operasional PLN masih untung, karena nilai penjualan listrik masih lebih besar ketimbang beban operasionalnya. Ia mencatat, laba operasional sebelum selisih kurs di level Rp9,6 triliun atau naik 13,3 persen dibanding 2017 yang senilai Rp8,5 triliun.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY