Seni Lukis Ebru yang Terancam Dilupakan

0
Seni Lukis Ebru

JAKARTA, Pelita.Online – Cipratan cat jatuh membentuk gumpalan yang mengambang di air. Dua, tiga, atau empat warna lain menyusul dipercikkan.

Bagai awan tertiup angin, bundaran-bundaran di permukaan air itu mulai berubah. Sepotong kawat yang berfungsi sebagai kuas, perlahan membentuknya menjadi tangkai, daun, dan bunga.

“Tanaman” yang terbentuk dengan sekejap itu lalu dipindahkan ke kertas. Caranya, cukup dengan menempelkan lembaran kertas itu ke permukaan tempat cat warna-warni tadi dipercikkan.

“Indah, seperti Picasso saja,” kata seorang Jerman, dalam bahasa Inggris, kepada sang pelukis asal Turki, Salih Elhan, saat mendemonstrasikan seni lukis Ebru di Sanur, Bali, beberapa waktu lalu.

Mendengar pujian itu, Elhan tersenyum. Dia balik menyapa dalam bahasa Turki sebelum kembali berkonsentrasi dengan catnya.

“Kelihatannya mudah, tapi untuk bisa harus tekun,” kata Elhan yang sudah lebih dari 20 tahun menekuni seni lukis Ebru. Selain di atas kertas, dia juga mampu melukis Ebru untuk keramik, kaca, dan kain.

Elhan sudah mendemonstrasikan dan berpameran Ebru sebanyak puluhan kali di berbagai belahan dunia. Dia pun telah melatih lebih dari seribu orang dari berbagai penjuru dunia yang datang untuk menekuni Ebru.

Seni lukis ini, kata dia, terancam dilupakan orang sehingga dia bersama beberapa seniman di Turki terus berupaya melestarikan dan menyebarkan seni Ebru. “Istri dan anak-anak pun menekuni Ebru,” kata pria yang telah menulis beberapa buku tentang Ebru dan semuanya terbit di Turki.

Satu lukisannya selesai dalam waktu lima hingga 10 menit. Kertas yang sudah ditempelkan ke permukaan air lalu dijemur supaya kering. Dalam waktu dua jam, lahirlah sekitar 20 lukisan Ebru.

Republika.co.id

LEAVE A REPLY