Sri Mulyani Optimistis Ekonomi RI 5,3% di 2019

0
Sri Mulyani

Pelita.Online –  Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 masih akan dibayang-bayangi ketidakpastian global. Hal itu menyusul komitmen The Fed yang masih ingin melakukan penyesuaian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah masih optimis pertumbuhan ekonomi nasional di tahun depan sesuai dengan target dalam APBN yakni 5,3%.

“Jadi tahun depan kita tetap 5,3%, tapi risiko terhadap tingkat pertumbuhan 5,3% itu makin meningkat, dan kita harus waspada terhadap itu,” kata Sri Mulyani , Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Sri Mulyani menuturkan, faktor eksternal yang masih mempengaruhi laju ekonomi nasional adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Lalu ketegangan geopolitik yang mempengaruhi harga komoditas.

Selanjutnya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan disesuaikan usai adanya pertemuan G20 di sela-sela perhelatan IMF-WB Bali. Dalam pertemuan tersebut seluruh bank sentralnya akan memberikan pandangan terkait ekonomi di 2019.

“Jadi kita lihat untuk Indonesia, hal-hal yang diwaspadai, interest rate akan tetap naik dari sisi AS, perdagangan dunia masih sangat tidak pasti, berarti ekspor kita menjadi sesuatu yang harus kita perhatikan, meski kita terus memicu ekspor,” tambah dia.

Lebih lanjut Sri Mulyani mengungkapkan bahwa ekonomi nasional masih bisa melaju dengan baik didukung dari faktor dalam negeri. Seperti inflasi terjaga di level rendah sehingga tingkat konsumsi rumah tangga bisa meningkat.

“Saya rasa efek stimulusnya tetap positif, ada beberapa hal seperti Asian Games, Asian Para Games, IMF-WB, semuanya memberikan stimulus boosting. Tahun depan, itu pemilu di April, legislatif dan ekskutif, dua-duanya bisa menciptakan hal yang sifatnya positif, berdasarkan historis belanja meningkat,” ujar dia.

Melihat faktor tersebut, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun tetap optimis pertumbuhan ekomoni nasional tahun depan sebesar 5,3%.

“Saya berharap tahun depan bisa jaga pertumbuhan ekonomi 5,3% meski tekanan kebawah cukup real atau mungkin semester 1 akan lebih bumpy (bergejolak), tidak pasti karena adanya spill over dari kenaikan suku bunga AS, namun kuartal 2 atau semester 2 jauh lebih stabil,” ungkap dia.

detik.com

LEAVE A REPLY