‘Tanpa Eyang Habibie, Tidak Akan Ada Telkomsel’

0

Pelita.online – Peran BJ Habibie atau lebih akrab Eyang Habibie begitu besar pada dunia teknologi di Tanah Air. Sampai-sampai tanpa campur tangannya, maka tidak akan ada Telkomsel saat ini.

Demikian diutarakan Irfan A Tachrir, Director Human Capital Management Telkomsel.

Diceritakan Irfan awal-awal era 1990, belum ada standar teknologi untuk telepon bergerak. Kala itu masing-masing negara menggunakan teknologi berbeda-beda. Ada yang pakai NMT dari Nordic dan AMPS dari Amerika.

Namun Eyang Habibie punya pandangan lain. Ia memutuskan untuk menggunakan GSM kala itu.

“Menurut Eyang Habibie, GSM itu akan menjadi standar untuk di Indonesia,” kata Irfan saat berbicara di Habibie Festival, Jakarta, Sabtu (19/10/2019).

Pada 2005 sayap Telkomsel pun benar-benar mengepak. Mereka berhasil menyelimuti seluruh ibukota kecamatan dan kabupaten di seluruh jawa sudah terselimuti sinyal GSM.
Eyang Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menristek mengeluarkan disposisi pada 14 Juli 1993 tentang persetujuan dan penerapan GSM sebagai standar teknologi seluler Indonesia.

“Kertas tersebut sangat tinggi nilainya bagi Telkomsel. Mungkin kalau tidak ada kertas tersebut, tidak ada Telkomsel,” tegas Irfan.

Sebagai tindak lanjut, PT Telkom kemudian mengerjakan pilot project jaringan GSM di Batam. Pada 2 September 1994, ditemani istri tercintanya, Eyang Habibie datang dan menjajal langsung teknologi tersebut.

“Di sanalah untuk pertama kalinya sinyal GSM mengudara di bumi Indonesia,” kata Irfan yang langsung disambut tempuk tangan yang memenuhi Hall A3, Ji Expo, Kemayoran.

Pada perjalananya pilot project tersebut di-spin off oleh PT Telkom menjadi perusahaan sendiri bernama Telekomunikasi Seluler atau kita lebih mengenalnya dengan Telkomsel.

Perjalanan begitu berat harus dilalui Telkomsel lantaran Indonesia dilanda krisis moneter tahun 1998. Untungnya operator yang identik berwarna merah ini dapat bangit.

“Kami berjibaku, bergandengantangan memegang satu cita-cita pesan Eyang Habibie agar Telkomsel terus eksis,” kenang Irfan.
Pada 2011, Telkomsel punya pelanggan 100 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Pencapaian tersebut membuat Telkomsel jadi salah satu operator terbesar di Dunia dan menduduki posisi 6 dari sisi pelanggan.

Puncaknya pada 2016, Telkomsel mampu menembus pendapatan Rp 87 triliun dengan laba bersih Rp 28 triliun dan 174 juta. Guna merayakan itu, Telkomsel melakukan syukuran 21 Tahun dan minta Eyang Habibie untuk datang.

“Saya sempat ragu-ragu beliau tidak bisa hadir mengingat kondisinya. Tapi Eyang Habibie mengatakan ‘No untuk Telkomsel saya harus datang’,” tutur Irfan.

Pada kesempatan syukuran itu Eyang Habibie sempat memberikan kata sambutan. Dalam bahasa Jerman dia mengatakan bahwa Telkomsel anak intelektuanya.

“Kini bapak intelektual kami telah tiada, kami berdoa mudah-mudahan kami terus menjaga semangat itu dan berjanji untuk tetap menjaga semangat itu agar Telkomsel jadi leading operator, terdepan dalam menghadirkan layanan dan agen perubahan bangsa,” kata Irfan.

“Selamat jalan Eyang Habibie, Telkomsel ada maka masyarakat dapat memanfaatkan ilmu Eyang sebagai amal jariyah yang membawa Eyang menuju surga bersama Eyang Ainun,” pungkasnya.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY