Tingkat Kepatuhan Pajak Orang RI Masih Kalah dari Malaysia

0

Jakarta, Pelita.Online – Tingkat kepatuhan orang pajak di Indonesia masih jauh lebih rendah ketimbang negara maju, bahkan dibandingkan dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia.

Dari 257 juta penduduk di Indonesia, yang terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi (OP) sebanyak 30 juta, dari total itu sebanyak 12,7 juta yang melaporkan SPT, dan dari total yang lapor hanya 1,5 juta yang membayar kelebihan dan kekurangan pajaknya.

Ini juga yang membuat target selama tujuh tahun ke belakang sulit terpenuhi. Dari 2012 penerimaan pajak ditargetkan Rp 836 triliun mampu direalisasikan Rp 752 triliun. Pada 2013 ditargetkan sebesar Rp 995 triliun dan mampu direalisasikan Rp 921 triliun.

Selanjutnya pada 2014 ditargetkan Rp 1.072 triliun mampu direalisasikan Rp 985 triliun, pada 2015 ditargetkan Rp 1.240 triliun dan mampu direalisasikan Rp 1.060 triliun, dan 2016 ditargetkan Rp 1.355 triliun direalisasikan Rp 1.105 triliun.

“Tax ratio itu baru sembilan koma, kurang dari 10%, kalau ditambah bea cukai baru 10,3%, itu buruk dibanding Malaysia, Singapura, atau negara Jepang 24%, Prancis 20 sekian persen, Singapura 14-15%, Malaysia juga segitu,” ungkap Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama di Auditorium Cakti Buddhi Bhakti, Gedung Marie Muhammad Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Senin (26/11/2017).
Melihat fakta seperti itu, kata Hestu, saat ini akan diimplementasikan inklusi kesadaran pajak sebagai mata kuliah wajib umum (MKWU) di perguruan tinggi nasional. Hal itu juga sejalan dengan alokasi anggaran pendidikan yang sebesar 20% atau Rp 416,09 triliun dari total belanja negara di APBN.

Lebih lanjut Hestu mengungkapkan, implementasi materi inklusi kesadaran pajak ini juga akan mempengaruhi penerimaan pajak nasional. Jika tingkat kepatuhan meningkat, maka penerimaan pajak juga ikut meningkat.

“Kalau yang bayar 2 kali lipat, itu maka anggaran kita akan jauh lebih besar dan pemerintah memberikan fasilitas lebih baik termasuk di bidang pendidikan,” ujar dia.

“Ke depan, bonus demografi kita sangat luar biasa, generasi kita ini masih banyak anak-anak remaja, produktif, yang tua tidak terlalu lama, dan ini akan genjot ekonomi, dan harus berkontribusi membayar pajak,” pungkasnya.

detik.com

LEAVE A REPLY