Tujuh Dekade Film Zombi: Bermula di Haiti, Mengusik Nyali

0

Pelita.online – Suatu daerah seketika dilanda pandemi penyakit menular yang sangat misterius, entah dari mana datangnya. Penyakit itu sangat berbahaya, bahkan bisa mengubah manusia menjadi makhluk yang mengerikan. Makhluk itu dijuluki zombi.

Kisah di atas terbilang akrab bagi penggemar film horor zombi. Bagaimana tidak, selama tujuh dekade mayoritas film zombi memiliki kisah serupa dan yang membedakan hanyalah pada eksekusi cerita juga pemerannya.

Padahal bila merujuk pada hikayat aslinya, zombi tidak serumit dan sedramatis film Hollywood modern kebanyakan. Di daerah asalnya, Haiti, zombi dipercaya berasal dari mayat yang dihidupkan dengan sejumlah metode, terutama sihir seperti voodoo.

Selain itu, zombi juga digunakan oleh masyarakat setempat untuk menggambarkan hantu yang menyeramkan.

Meski berasal dari kisah rakyat Haiti, kata zombi sendiri disebut Kamus Bahasa Inggris Oxford berasal dari negara-negara Afrika barat. Dalam bahasa Kongo, “nzambi” bermakna dewa dan “zumbi” bermakna jimat.

Cerita rakyat soal zombi bersifat sangat lokal hingga hanya masyarakat Haiti yang mengetahui. Atau setidaknya diketahui sejumlah negara di Kepulauan Karibia yang memang percaya pada hal-hal mistis.

Akademisi Antropologi Universitas Padjadjaran, Budi Rajab tak merasa heran dengan kepercayaan masyarakat Haiti soal zombi yang mungkin terasa aneh bagi sejumlah pihak. Menurutnya setiap negara memiliki kepercayaan berbeda-beda terhadap hantu.

“Sejak zaman dulu, di seluruh dunia mengenal hantu. Seiring berjalannya waktu rasionalitas masyarakat berkembang, terutama negara Barat, sehingga kurang percaya dengan hantu,” kata Budi kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.

Budi memandang tingkat perkembangan rasionalitas masyarakat di negara berkembang tidak setinggi negara-negara Barat. Oleh karena itu, masyarakat di negara berkembang masih banyak yang percaya hantu, seperti Indonesia.

Namun justru masyarakat negara Barat yang menyebarkan soal zombi ke seluruh dunia, apalagi kalau bukan oleh Amerika Serikat.

Film Dawn of the Dead (2004)Film Dawn of the Dead (2004). Masyarakat negara Barat yang menyebarkan soal zombi ke seluruh dunia, apalagi kalau bukan oleh Amerika Serikat. (dok. Strike Entertainment/New Amsterdam Entertainment/Metropolitan Filmexport/Toho-Towa via IMDb)

Absurd

Semua berawal dari buku bertajuk The Magic Island (1929) yang ditulis oleh karya penulis, jurnalis, wisatawan sekaligus peneliti hal mistis asal AS bernama William Buehler Seabrook. Ia mengunjungi Haiti untuk membuktikan sendiri apakah zombi benar-benar ada.

Sesampainya di sana, ia mengklaim bertemu dengan sekumpulan orang yang mempraktikkan voodoo. Ia juga mengklaim melihat zombi yang dibangkitkan dari mayat untuk dipekerjakan sebagai budak. Pengalaman itu ia tuliskan dalam The Magic Island.

The Magic Island kemudian diangkat menjadi landasan cerita film White Zombie (1932) karya Halperin bersaudara yang tercatat sebagai film panjang zombi pertama.

White Zombie masih merujuk pada cerita rakyat Haiti, mayat dibangkitkan untuk dipekerjakan sebagai budak di pabrik tebu atau melakukan apa pun oleh sang master. Film ini pun menjadi pelopor kisah-kisah serupa.

Selain dibangkitkan dengan sihir, zombi juga dikisahkan oleh Hollywood tercipta akibat percobaan laboratorium, salah satunya dari film Maniac (1934). Namun kisah itu kalah populer dari narasi mistis.

Apa pun cerita zombi, Akademisi Film Institut Kesenian Jakarta, Satrio Pepo Pamungkas melihat perilisan yang konsisten merupakan proses pemupukan secara tidak langsung soal konsep zombi kepada penonton. Kisah yang semula bersifat lokal, kini mengglobal.

Film White Zombie (1932)White Zombie (1932) masih merujuk pada cerita rakyat Haiti, mayat dibangkitkan untuk dipekerjakan sebagai budak di pabrik tebu atau melakukan apa pun oleh sang master. (dok. Victor & Edward Halperin Productions/Penteo Films S.L. via IMDb)

“Padahal dalam dunia nyata, zombi juga belum pasti ada. Itu kan hal yang absurd. Namun karena derasnya konstruksi zombi dalam film, imaji soal zombi terpatri dalam kepala penonton,” kata Satrio.

Zombi makin tenar pada dekade ’60-an. Sineas George A Romero menggarap Night of the Living Dead pada 1968 yang kemudian dianggap sebagai cerita zombi era modern.

Kisahnya, zombi yang dalam film ini disebut ghouls tercipta karena radiasi dari pesawat luar angkasa yang meledak di atmosfer Bumi.

Night of the Living Dead kemudian sebagai salah satu film zombi paling berpengaruh sepanjang masa. Sejak saat itu tren premis film zombi berubah berubah drastis, dari hal bersifat mistis menjadi hal yang bersifat biologis dan logis.

“Semakin lama karakter zombi dalam perfilman menjadi kuat. Bahkan sampai sekarang masih banyak film zombi. Karakter zombi tidak lekang oleh waktu dan ikonis,” kata Satrio.

Lintas Genre

Film zombi mengalami evolusi yang cukup signifikan pada abad ke-21. Film zombi yang cenderung bergenre horor digabungkan dengan genre lain, seperti seri film Resident Evil yang mencampurkan dengan genre laga, Shaun of the Dead (2004) mencampurkan dengan genre komedi dan Warm Bodies (2013) mencampurkan dengan genre drama romantis.

LAS VEGAS - JUNE 18: (US TABS AND HOLLYWOOD REPORTER OUT) Director George A. Romero poses next to a poster for his movie Sineas George A Romero menggarap Night of the Living Dead pada 1968 yang kemudian dianggap sebagai cerita zombi era modern. (Getty Images/AFP/Ethan Miller)

Evolusi yang lebih eksploratif ketimbang tiga film di atas adalah I Am Legend (2007). Dalam film yang diadaptasi dari novel bertajuk sama (1954) karya Richard Matheson ini, zombi diceritakan pintar. Bahkan bisa membuat jebakan untuk menangkap manusia.

Hal serupa juga terjadi dalam film World War Z (2013). Dalam film yang dibintangi Brad Pitt ini zombi bergerak sangat cepat dan tidak takut terhadap cahaya, baik cahaya matahari ataupun cahaya lampu.

Satrio menilai karakter zombi yang berubah seiring berjalannya waktu kemungkinan besar tidak bisa diterima oleh sejumlah orang. Pasalnya mereka belum pernah melihat karakter zombi seperti yang diperlihatkan dalam I Am Legend dan atau World War Z.

“Itu tidak masalah karena film itu kan distorsi, memang konsepnya begitu. Kalau tidak begitu tidak akan ada konflik, masalah dan tidak ada solusi yang mana menjadi strategi cara bercerita film,” kata Satrio.

Ia melanjutkan, “Tapi biar bagaimanapun, film zombi ini punya penggemar yang menurut saya setia. Selain itu film zombi juga menjual ketakutan dan keabsurdan, yang pada umumnya menarik bagi penonton.”

Terlepas dari riwayat dalam layar perak yang panjang dan beragam faktor penyebab kemunculannya, zombi masih jadi favorit bahkan kembali jadi pembahasan dalam beberapa waktu terakhir.

Sebagai teman menikmati beragam film zombi yang muncul, CNNIndonesia.com membangkitkan cerita yang terkubur lama terkait para pasukan mayat hidup yang suka menyerang manusia itu lewat Fokus: Invasi Zombi di Layar Lebar.

Selamat menyelam dunia zombi!

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY