Tutup Muktamar IX, Hamzah Haz: PPP Pernah Dibilang Pepesan Kosong

0

Pelita.online – Hamzah Haz mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat ini. Kekhawatiran ini juga pernah dirasakannya saat memimpin partai berlambang Ka’bah itu.

“Sebenarnya saya merasakan keadaan PPP ini pada hal-nya ketika saya memimpin PPP dulu. Ketika itu, Reformasi terjadi di mana semua ormas-ormas boleh mendirikan partai,” kata Hamzah Haz dalam sambutannya secara virtual di Penutupan Muktamar IX PPP di Youtube Petiga TV, Minggu (20/12/2020).

Saat itu, Hamzah menyebut nama-nama besar pemimpin ormas islam memutuskan untuk mendirikan partai sendiri setelah adanya reformasi. Hal itu membuat Hamzah menerima sejumlah kritikan dari para pengamat politik.

Kritikan para pengamat saat itu sempat membuatnya putus asa dalam membesarkan partai yang dinaunginya. Mengingat, mayoritas kader PPP yang saat itu menjabat berasal dari ormas islam besar yang malah mendirikan partai sendiri.

“Saya ingat Gus Dur Ketua Umum PB NU mendirikan PKB, Profesor Amien Rais mendirikan PAN. Nah para pengamat hampir semua mengatakan habislah PPP menjadi ‘pepesan kosong’ ya karena isinya PPP kan intinya NU, Parmusi, SI PERTI. Tapi yang banyak itu NU dan Muhammadiyah dan keduanya sudah dengan partai. Jadi masuk akal kalau PPP jadi pepesan kosong,” ucap Ketua Umum PPP periode 1998-2007 itu.

Namun, Wakil Presiden ke-9 ini mengatakan bahwa PPP kemudian menorehkan prestasi yang baik saat itu. Misalnya saja, lanjut Hamzah Haz, saat Pemilihan Umum Periode 1999-2004, PPP mendapatkan 58 kursi di DPR RI. Akan tetapi, semenjak masa itu PPP menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

“Alhamdulillah Pemilihan Umum 1999-2004 (dapat) 58 kursi, kita nomor 3 PDIP Golkar PPP. Tahun 1999 sampai 2004 kebetulan waktu saya memimpinnya itu alhamdulillah dapat nomor 3. Kemudian setelah itu terjadi penurunan-penurunan yang galau hati saya melihatnya. Tahun 2009 barangkali yang memimpin saudara Surya Darma, menurun dari 58 jadi 38 kursi, saudara Romy jadi 39 kursi dan tahun 2019 tinggal 11 kursi. Jadi di sini saya katakan kalua (partai) ini tidak dikelola sungguh-sungguh bisa nanti itu pemilu 2024 bisa hilang PPP nya,” jelasnya.

Ia pun khawatir apabila terus menampakkan penurunan, PPP tidak akan mendapat kursi di Senayan pada Pilkada 2024 mendatang. Untuk itu, ia berpesan dalam Muktamar IX pemimpin yang ditunjuk bukan hanya popular, tetapi mampu menarik suara masyarakat serta dapat mengelola partai ini dengan sungguh-sungguh.

“Carilah pemimpin yang tidak populer tapi juga yang vote gather, yang bisa menarik suara. Jadi pilih pemimpin-pemimpin yang betul-betul berbasis agar supaya PPP ini jangan sampai nanti tidak ada lagi di DPR. Saya merasa kekhawatiran saya,” tegasnya.

Untuk diketahui, Muktamar IX ini mengambil tema ‘Merawat Persatuan dengan Pembangunan’. Dia menyebut tema itu akan menjadi tema perjuangan PPP untuk Pemilu 2024.

Suharso Monoarfa pun terpilih menjadi ketua umum (ketum) PPP secara aklamasi. Suharso yakin PPP dapat lolos parliamentary threshold 2024.

“Insyaallah PPP akan lolos dari parliamentary threshold 2024. Insyaallah partai yang kita cintai ini akan kembali ke masa jayanya dan ini hanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Itu yang bisa saya janjikan, kerja-kerja elektoral akan tetap kita laksanakan,” kata Suharso dalam akun FB DPP PPP, Sabtu (19/12/2020).

Suharso mengapresiasi para peserta muktamar yang telah mempercayakan dirinya untuk kembali mengisi jabatan Ketum PPP. Ia mendorong setiap kader untuk bergotong royong memenangi Pemilu 2024.

“Marilah kita kumpulkan semua kelebihan-kelebihan yang ada pada diri kita masing-masing, kearifan-kearifan yang kita miliki, masing-masing kita satukan menjadi sebuah kekuatan untuk memenangkan Pemilu 2024. Mari kita tanggalkan cara-cara kerja yang sendiri-sendiri yang berkelompok-kelompok, jangan,” ungkapnya.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY