Twitter dan Facebook Tutup Sejumlah Akun Buzzer di Pilpres Amerika

0

Pelita.online – Twitter dan Facebook pada Selasa 3 November 2020, waktu Amerika, membekukan sejumlah akun media berita baru–dan paling banyak cenderung berafiliasi politik kanan. Keduanya menganggap unggahan informasi dari akun-akun itu mengenai pemungutan suara di tengah panasnya Pemilihan Presiden AS melanggar kebijakan yang ditetapkan di platformnya.

Twitter mengatakan kebijakan yang dilanggar adalah tentang ‘koordinasi’ karena akun-akun itu memposting konten yang identik sementara mereka terlihat independen satu sama lain. Akun-akun itu dicurigai saling terkait dalam perilaku otomatisasi yang rahasia atau yang di tanah air populer dengan sebutan pendengung (buzzer).

Satu di antara pemilik yang akunnya ditutup itu adalah SVNewsAlerts, pemilik lebih dari 78.000 follower. Jumlah pengikut itu bertambah lebih dari 10.000 dalam seminggu sebelumnya.

Akun itu berulang kali memperingatkan akan terjadinya kerusuhan terkait pilpres dan menekankan isu-isu tentang tingkat kepercayaan dan keamanan terhadap proses pemilihan. Akun secara spesifik mengungkap klaim-klaim kecurangan oleh Partai Demokrat dan menyerukan perhatian kepada pidato-pidato dan kampanye calon inkumben Donald Trump yang asal Partai Republik.

Faktanya, Twitter menyebutkan, sedikit saja gangguan besar yang dilaporkan dari tempat-tempat pemungutan suara. Kelompok-kelompok masyarakat sipil dan petugas keamanan pun telah bersiaga untuk mengantiisipasi gangguan terhadap pemberi suara.

Para pemilih mengantre untuk memberikan suara dalam pemungutan suara awal (early voting) secara langsung untuk pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) di Fairfax, Negara Bagian Virginia, AS, Jumat, 18 September 2020. Pemungutan suara awal secara langsung untuk pilpres AS tersebut dimulai pada Jumat di Virginia. (Xinhua/Liu Jie)

Akun lain yang dibekukan Twitter termasuk milik FJNewsReporter, Crisis_Intel, dan Faytuks. Beberapa akun itu pernah didapati merekomendasikan akun-akun yang lain kepada para pembacanya.

Facebook melakukan yang sama terhadap beberapa akun di balik situs berita berbasis di Amerika Serikat yang menyebut dirinya SV News and FJ News. Tuduhannya, perilaku yang tidak autentik dari situs yang memiliki lebih dari 20.000 follower tersebut.

 

Sumber : tempo.co

LEAVE A REPLY