2022 Saham Energi Meroket 87%, Teknologi Nyungsep 36%

0

Pelita.Online – Saham energi sejak awal tahun hingga 2 Desember 2022 (year to date/ytd) melonjak 87,3%. Di belakang sektor energi dengan selisih jauh adalah sektor perindustrian yang menguat 19,4% sejak awal tahun serta sektor transportasi dan logistik yang naik 12,4% pada periode yang sama. Adapun sektor saham yang tergerus paling dalam sejak awal tahun 2022 hingga kini adalah teknologi 36,2%.

Investment Analyst Infovesta Capital Advisory Fajar Dwi Alfian mengatakan, kenaikan indeks sektor energi sepanjang tahun 2022 ditopang kenaikan harga komoditas seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam sejak awal tahun. “Pertumbuhan indeks terutama ditopang saham-saham di sektor energi terutama batu bara,” jelas Fajar kepada Investor Daily, Kamis (1/12/22).

Untuk tahun 2023, Fajar mengatakan, sektor perbankan dan konsumen primer diperkirakan akan mengalami kenaikan kinerja, seiring sentimen kenaikan suku bunga yang mendorong margin bunga bersih. “Selain itu, didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang masih relatif baik di antara negara lainnya pada tahun depan,” ujarnya.

Meski demikian, tak semua sektor ternyata bersinar sepanjang tahun 2022. Buktinya sektor teknologi justru mengalami penurunan hingga 36% sepanjang tahun 2022. Menurut Fajar, penurunan ini diakibatkan sentimen kenaikan suku bunga yang menekan saham-saham berbasis teknologi. Akibatnya valuasi saham-saham tersebut ambles. “Hal ini terjadi secara global, Nasdaq juga turun terdalam di antara tiga indeks saham di Amerika Serikat (AS),” kata dia.

Sementara Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus mengungkapkan, sektor saham energi menjadi penopang IHSG selama tahun 2022. Hal ini, dipengaruhi reli harga acuan sejumlah komoditas seperti batu bara dan migas.

Reli harga saham energi seiring penurunan produksi minyak dan konflik geopolitik sehingga mendorong ketimpangan suplai dan demand. ”Hal inilah yang memberikan katalis pendorong kenaikkan bagi sektor energi,” kata dia.

Investment Analyst Infovesta Capital Advisory Fajar Dwi Alfian mengatakan, kenaikan indeks sektor energi sepanjang tahun 2022 ditopang kenaikan harga komoditas seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam sejak awal tahun. “Pertumbuhan indeks terutama ditopang saham-saham di sektor energi terutama batu bara,” jelas Fajar kepada Investor Daily, Kamis (1/12/22).

Untuk tahun 2023, Fajar mengatakan, sektor perbankan dan konsumen primer diperkirakan akan mengalami kenaikan kinerja, seiring sentimen kenaikan suku bunga yang mendorong margin bunga bersih. “Selain itu, didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang masih relatif baik di antara negara lainnya pada tahun depan,” ujarnya.

Meski demikian, tak semua sektor ternyata bersinar sepanjang tahun 2022. Buktinya sektor teknologi justru mengalami penurunan hingga 36% sepanjang tahun 2022. Menurut Fajar, penurunan ini diakibatkan sentimen kenaikan suku bunga yang menekan saham-saham berbasis teknologi. Akibatnya valuasi saham-saham tersebut ambles. “Hal ini terjadi secara global, Nasdaq juga turun terdalam di antara tiga indeks saham di Amerika Serikat (AS),” kata dia.

Sementara Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus mengungkapkan, sektor saham energi menjadi penopang IHSG selama tahun 2022. Hal ini, dipengaruhi reli harga acuan sejumlah komoditas seperti batu bara dan migas.

Reli harga saham energi seiring penurunan produksi minyak dan konflik geopolitik sehingga mendorong ketimpangan suplai dan demand. ”Hal inilah yang memberikan katalis pendorong kenaikkan bagi sektor energi,” kata dia.

Adapun saham yang menjadi penopang sektor energi yaitu PT Adaro Enery Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Medco Energy Tbk (MEDC), dan PT Perusaahan Gas Negara Tbk (PGAS).

Saat ditanya soal indeks yang akan menjadi primadona tahun 2023 Nico menegaskan, sektor energi masih akan menarik, di samping bank dan consumer.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY