Apindo Peringatkan Importir Antisipasi Pelemahan Rupiah

0

Pelita.Online – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperingatkan agar perusahaan berbasis impor dan banyak memiliki kredit dalam valuta asing (valas) mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan mayoritas perusahaan besar di Indonesia lebih memilih kredit valas dibandingkan rupiah, terlebih bagi perusahaan yang memiliki pendapatan dalam bentuk dolar AS.

“Perusahaan besar memang lebih suka kredit valas karena suku bunganya lebih menarik lebih rendah, tapi belum semuanya melakukan hedging (lindung nilai),” imbuh Shinta kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/5).

Menurut Shinta, perusahaan yang memiliki utang berbentuk valas tentu akan rugi dengan kondisi rupiah yang semakin terpuruk seperti ini. Lihat saja, rupiah telah menyentuh Rp14.202 per dolar AS pada pukul 14.58 WIB.

Hal ini karena jumlah beban utang dari masing-masing perusahaan ikut naik mengikuti pelemahan rupiah. Terlebih, Bank Indonesia (BI) baru saja menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5 persen.

Dengan kenaikan itu, perbankan tentu akan menyesuaikan tingkat suku bunga secara perlahan. Walhasil, dua faktor itu akan menambah beban perusahaan ke depannya.

“Lalu, rupiah ini juga akan membebani perusahaan impor, makanya kami masih lihat ini akan berapa lama,” terang Shinta.

Indonesia masih disebut-sebut sebagai negara pengimpor karena nilai impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, sehingga neraca perdagangan Indonesia terus defisit.

Pada April 2018, neraca perdagangan Indonesia defisit US$1,63 miliar. Dalam hal ini, jumlah impor mencapai US$16,09 miliar dan ekspor hanya US$14,47 miliar.

“Kalau importir menengah biasanya tidak pakai hedging, kalau importir besar melakukan hedging,” jelas Shinta. (bir)

cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY