B20 Indonesia Dorong Dunia Wujudkan Transisi Energi Adil

0

Pelita.Online – B20 Indonesia Energy, Sustainability and Climate Task Force (ESC TF) menekankan pentingnya mempercepat transisi energi berkelanjutan sebagai faktor utama mencegah pemanasan global dan perubahan iklim. B20 Indonesia menekankan pentingnya negara ekonomi maju dan berkembang di G-20 bekerja sama memastikan dalam periode transisi energi ini tidak ada bagian dunia yang tertinggal dalam menghadapi tantangan serta mempertahankan akses ke energi aman dan terjangkau.

Chair B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan pihaknya terus mendorong kolaborasi dalam menyongsong transisi energi yang adil untuk mencapai visi pertumbuhan ekonomi adil, inklusif, dan berkelanjutan. Komitmen Indonesia dalam transisi energi menuju energi hijau dan mencapai nol bersih tahun 2060 sudah digaungkan sejak COP 26 di Glasgow tahun lalu.

“B20 Indonesia bertujuan menyoroti pentingnya pasokan energi bersih dan berkelanjutan di masa depan. ESC TF telah merumuskan kebutuhan dan cara mempercepat transisi energi berkelanjutan, adil dan terjangkau untuk mengatasi kelangkaan energi. Task Force juga berhasil merangkum berbagai aspek pendukung dan hambatan, mulai regulasi, teknologi dan skema harga,” ujar Shinta dalam keterangan tertulisnya Kamis (19/8/2022).

Dalam acara bertajuk “Accelerating the Transition to Sustainable Energy Use” yang diselenggarakan PwC Indonesia sebagai Knowledge Partner B20 Indonesia, Shinta meyakini rekomendasi kebijakan ESC TF ini memuat kunci-kunci utama bagaimana penggunaan energi masa depan menjadi efisien dan berkelanjutan.

Shinta menegaskan perlunya kolaborasi kuat antara sektor publik dengan swasta di seluruh dunia untuk memitigasi kendala dan kekhawatiran transisi energi termasuk akses ke energi bersih.

“Sebagai Presidensi B20-G20, Indonesia berkesempatan membangun gerakan internasional yang lebih kuat pada transisi energi menuju masa depan energi berkelanjutan melalui kerja sama untuk memfasilitasi akses ke layanan energi terjangkau, menciptakan inovasi teknologi, dan merumuskan strategi jangka panjang” jelasnya.

Selain itu, B20 Indonesia juga menaruh perhatian yang kuat pada ketahanan energi. Konstelasi geopolitik dan geoekonomi bisa menciptakan ketidakpastian produksi dan konsumsi energi sehingga perlu kolaborasi membangun ketahanan energi di masa mendatang, terutama energi baru terbarukan.

B20 Indonesia, kata Shinta, meminta dukungan dan kolaborasi semua kepala negara dan pebisnis dunia, untuk mencapai pemulihan ekonomi dan menghadapi krisis global. Salah satunya melalui legacy dan rekomendasi kebijakan yang akan dibawa ke KTT G-20.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan transisi energi harus dilakukan dalam upaya menghindari dampak perubahan iklim yang mengakibatkan bencana global. Namun, terdapat kesenjangan pembiayaan antara negara maju dan berkembang.

“Ini perlu diatasi melalui kolaborasi. Selain persoalan pembiayaan, transfer pengetahuan dan teknologi juga diperlukan untuk membangun kapabilitas dan adopsi teknologi baru dalam bidang energi hijau serta digitalisasi di negara-negara berkembang,” jelas Arsjad.

Arsjad mengajak semua pihak untuk ambil bagian dalam pengembangan ekonomi dan menahan laju emisi yang makin memprihatinkan. Untuk transisi energi menuju net zero emission pada 2060, Indonesia hingga saat ini masih membutuhkan investasi sekitar US$ 25 miliar per tahun. Komitmen dan target itu bisa tercapai melalui kolaborasi sektor swasta dan publik serta dunia internasional.

Arsjad mengatakan Kadin Indonesia sebagai sebagai perwakilan dunia bisnis memiliki peranan sentral untuk mendorong Indonesia mencapai komitmen Nationally Determined Contribution (NDC) dan berkomitmen menjadi Net Zero Organization pada 2060.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina (Persero) sekaligus Chair of Task Force Energy, Sustainability and Climate (TF ESC) B20, Nicke Widyawati mengatakan peran bisnis dalam agenda transisi energi selaras dengan isu prioritas Pokja Transisi Energi. Adapun tiga pilar utama transisi energi, yaitu mengamankan aksesibilitas energi, peningkatan teknologi energi cerdas dan bersih, serta pembiayaan energi terdepan.

Dari ketiga pilar tersebut, saat ini TF ESC B20 merumuskan dalam bentuk rekomendasi dan tindakan menjadi tiga prioritas utama, mempercepat transisi ke penggunaan energi berkelanjutan dengan mengurangi intensitas karbon. Kedua, memastikan transisi adil, teratur, dan terjangkau menuju penggunaan energi berkelanjutan. Ketiga, meningkatkan akses konsumen mengkonsumsi energi bersih dan modern.

B20 Team Leader untuk PwC sebagai Knowledge Partner untuk Energy, Sustainability & Climate Task Force dan Energy, Utilities & Resources Advisor di PwC Indonesia Sacha Winzenried, menambahkan, mendapatkan transisi energi yang tepat sangat penting dalam banyak dimensi yakni teknologi, strategi, lingkungan, dan ekonomi.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY