Bareskrim Polri Telusuri Dugaan Penimbunan Kedelai di Sejumlah Wilayah

0
Pekerja membersihkan alat-alat produksi tahu saat berhenti beroperasi di Jakarta Selatan, Minggu (3/12/2021). Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta memastikan para perajin tahu- tempe telah melakukan mogok produksi sejak malam tahun baru atau 1-3 Januari 2021. Hal tersebut sebagai respons perajin terhadapnya melonjaknya harga kedelai sebagai bahan baku tempe-tahu, dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.200 per kilogram. Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) mengatakan kenaikkan harga tempe dan tahu maksimal 20 persen dari harga semula yang sebesar Rp 11 ribu per kg sampai Rp 12 ribu per kg. SP/Joanito De Saojoao.

pelita.online-Bareskrim Polri menyelidiki dugaan penimbunan kedelai di sejumlah wilayah usai kenaikan harga kedelai nasional yang mengakibatkan kelangkaan bahan baku pembuatan tempe dan tahu itu di tengah masyarakat.

Kabareskrim Polri Komjen Pol. Listyo Sigit bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Pol. Helmy Santika menyatakan penyelidikan dilakukan oleh tim satgas Pangan Polri di sejumlah wilayah di Indonesia dan telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng, dan Bekasi.

“Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu,” ucap Komjen Listyo Sigit dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa (5/1/2021).

Diketahui, terjadi kenaikan harga kedelai di awal tahun 2021 ini yang menyebabkan sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1 hingga 3 Januari.
Kenaikan harga kedelai di kisaran angka Rp 9.000 dari semula sekitar Rp 7.000 per kilogram itu dinilai membebani pengusaha.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.
Brigjen Helmy Santika mengatakan Polri telah memiliki data dan analisa ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional.

“Kami telah koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu,” tutur Helmy seperti ditulis Antara.

Helmy juga menyebutkan bahwa perkembangan global di masa pandemik Covid-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia. “Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal 435 dolar AS menjadi 461 dolar AS per ton,” ucap Helmy.

Secara terpisah, para pedagang tahun dan tempe di beberapa pasar tradisional di Kota Tangerang Selatan, Banten, mengatakan tetap kehabisan stok sekalipun harganya naik. “Kita jualan, meski harganya naik menjadi Rp 10.000 dan belum sampai siang semua sudah ludes diburu konsumen. Tadi bawa 70 papan langsung habis jam 09.00 pagi, biasanya sore baru habis” ungkap Adit, penjual tahu dan tempe di Pasar Bukit Pamulang, Senin (4/1/2021).

Di sisi lain, sejumlah pedangang gorengan yang kerap berdagang di wilayah Tangerang Selatan mengeluh dengan kenaikan harga tempe dan tahu tersebut. Di Kota Tangerang, kenaikan harga kedelai juga berimbas pada harga tempe dan tahu yang dijual di sejumlah pasar tradisional di wilayah Kota Tangerang.

Dinas Perindustrian dan Perdangangan Kota Tangerang yang diwakili Kabid Perdagangan, Eni Nuraeni, menjelaskan pihaknya terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk menstabilkan kembali harga kacang kedelai yang melonjak drastis. “Kita berharap harga di pasaran bisa stabil seiring dengan adanya produsen yang kembali berproduksi,” katanya.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY