Belum Pulih, Kunjungan Wisman Juli 2020 Hanya Naik 0,95%

0

Pelita.online – Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman yang datang ke Indonesia pada Juli 2020 belum memperlihatkan kenaikan yang signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angkanya mencapai 159.763 kunjungan atau hanya naik tipis 0,95% dibandingkan Juni 2020 yang sebanyak 158.256 kunjungan

“Jumlah wisman yang datang ke Indonesia pada Juli 2020 masih sangat terbatas karena kita belum aman dari pandemi Covid-19. Banyak negara yang masih menerapkan larangan untuk pergi berwisata, sehingga kenaikannya bisa dibilang masih flat karena hanya 0,95%” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam pemaparan Perkembangan Pariwisata Juli 2020, Selasa (1/9/2020).

Dibandingkan Juli 2019 yang mencapai 1.468.173 kunjungan, jumlah kunjungan wisman pada Juli 2020 bahkan mengalami kontraksi yang sangat dalam hingga -89,12%. “Nampaknya untuk pariwisata, kita membutuhkan waktu yang agak lama untuk recovery kembali pada posisi normal,” imbuhnya.

Jika dibandingkan dengan kunjungan pada Juni 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang melalui pintu masuk udara pada Juli 2020 mengalami kenaikan sebesar 176,71%, melalui pintu masuk laut naik 2,26%, dan sedangkan yang melalui pintu masuk darat mengalami penurunan sebesar 2,01%.

Menurut kebangsaan, Suhariyanto menyampaikan kunjungan wisman yang datang ke Indonesia pada Juli 2020 paling banyak berasal dari Timor Leste sebanyak 85.280 kunjungan (53,38%), diikuti Malaysia 58.610 kunjungan (36,69%, Tiongkok 2.750 kunjungan (1,72%), Amerika Serikat 1.400 kunjungan (0,88%), dan Papua Nugini 1.300 kunjungan (0,81%).

Secara kumulatif, pada Januari-Juli 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 3,25 juta kunjungan atau turun 64,64% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah 9,18 juta kunjungan. Menurut kebangsaan, kunjungan wisman yang datang ke Indonesia selama Januari–Juli 2020 paling banyak berasal dari wisman berkebangsaan Malaysia sebanyak 733.290 kunjungan (22,58%), diikuti Timor Leste sebanyak 608.850 kunjungan (18,75%), Singapura 268.78o kunjungan (8,28%), Australia 249.500 kunjungan (7,68%), dan Tiongkok 204.910 kunjungan (6,31%).

“Penurunan jumlah kunjungan wisman ini tentu perlu kita cermati dan perlu dicarikan jalan keluar, sebab penurunan jumlah wisman maupun wisatawan nusantara akan berdampak kepada kegiatan-kegiatan pendukung di sektor pariwisata seperti perhotelan, makanan, akomodasi, dan lainnya,” kata Suhariyanto.

Untuk Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada Juli 2020 mencapai rata-rata 28,07%, turun 28,66 poin dibandingkan TPK Juli 2019 yang sebesar 56,73%. Sementara itu, jika dibanding dengan TPK Juni 2020 yang tercatat 19,70%, TPK Juli 2020 mengalami kenaikan sebesar 8,37 poin. TPK tertinggi tercatat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 41,03%, diikuti Provinsi Maluku sebesar 40,50%, dan Provinsi Lampung sebesar 40,31%. Sedangkan TPK terendah tercatat di Provinsi Bali yang sebesar 2,57%.

Diprediksi Hanya 5 Juta Kunjungan
Sementara itu menurut Direktur Hubungan Antarlembaga Kemparekraf, K. Candra Negara, kinerja pariwisata memang menurun drastis semenjak pandemi Covid-19. Bahkan diprediksikan total wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia selama 2020 hanya 5 juta wisatawan, dari tahun sebelumnya sebanyak 17 juta wisatawan.

“Pada sektor pariwisata, dampak dari Covid-19 ini demikian hebatnya. Estimasi pariwisata di Indonesia mengalami penurunan hingga 60%. Kalau pemulihannya berjalan lebih lambat, dampaknya bisa mencapai 80%. Maksudnya lebih lambat itu kalau aktivitas normal tidak segera dimulai hingga Desember 2020,” ujar Candra.

Melihat angka penurunan wisman yang berkunjung drastis, pemerintah pun terus menyusun strategi dan langkah-langkah agar proses pemulihan dapat berjalan efektif khususnya untuk menarik kembali wisman saat pandemi Covid-19 mereda. Candra menyebut Kemenparekraf telah mengidentifikasi peluang pariwisata di era adaptasi kebiasaan baru, yaitu dengan fokus pada segmen wisatawan nusantara (wisnus) untuk tahap awal hingga fokus pada subsektor utama yaitu ekraf dan hotel.

“Dalam proses pemulihan ini kami juga memfokuskan pada pemulihan subsektor unggulan, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya. Karena tiga subsektor unggulan ini memiliki kontribusi yang paling besar. Kemparekraf juga menginisiasi berbagai kampanye atau tagar-tagar salah satunya #DiIndonesiaAja, #DiBaliAja, #DiSulawesiAja, dan sebagainya. Tagar-tagar ini mengajak wisnus berwisata di dalam negeri,” jelas Candra.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY