Cokek Losari, Potret Toleransi Perayaan Imlek di Cirebon

0

Pelita.online – Alunan musik cokek Losari mengiringi perayaan Imlek di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon, Jawa Barat. Cokek Losari salah satu musik khas asal Cirebon yang lahir dari akulturasi budaya antara Tiongkok dan Cirebon.

Cokek Losari dimainkan oleh tujuh orang. Alunan musiknya begitu khas di telinga. Irama yang dihasilkan dari alat musik tradisional Tiongkok berpadu dengan gamelan Cirebonan. Satu-satunya sanggar musik yang masih melestarikan cokek Losari ialah Sanggar Pat Lim Langgeng di Desa Dukuh Widara, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon.

Sanggar Pat Lim Langgeng dipimpin oleh Surip (57), generasi ketiga yang melestarikan cokek Losari. Surip dipercaya warga Tionghoa Cirebon untuk meramaikan perayaan Imlek.

“Setiap tahun di sini. Karena satu-satunya di Cirebon yang memainkan cokek,” kata Surip saat berbincang dengan di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (25/1/2020).

Cokek Losari, Potret Toleransi Perayaan Imlek di CirebonCokek Losari dimainkan oleh tujuh orang. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)

Surip menceritakan cokek Losari sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Surip meneruskan perjuangan leluhurnya untuk melestarikan cokek Losari.

“Ya belajar dari keluarga secara turun-temurun. Musiknya berbeda dengan yang lain, karena ini (cokek Losari) perpaduan antara budaya Cirebon dan Tiongkok,” kata Surip.

Surip mengajarkan arti toleransi melalui alunan musik cokeknya. Budaya Tionghoa sudah menjadi bagian hidup Surip, kendati Surip asli dari Cirebon. Ia merasa bangga bisa ikut memeriahkan perayaan Imlek. Tak hanya itu, grup musik Surip juga kerap diundang untuk mengiring perayaan adat Tionghoa lainnya.

“Senang sekali bisa dipercaya main. Setiap imlek di sini, saya orang Jawa,” ucap Surip.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY