Darurat Penculikan Anak, Dipaksa Ngemis hingga Penjualan Organ

0

Pelita.Online – Rekaman video yang menggambarkan seorang anak laki-laki menjadi korban penculikan dengan dibius dan dimasukkan ke dalam karung saat asik bermain di teras rumah, menyebar cepat di sejumlah media sosial.
Masyarakat yang mendapat pesan video dengan narasi ‘kejadian di salah satu perumahan di Bekasi Utara’ langsung menyebarkannya ke grup WA maupun mengunggah di laman media sosial FB dan IG, tanpa mengkroscek kebenarannya.

Setelah heboh kabar penculikan tersebut, polisi menegaskan kabar tersebut hoaks atau berita bohong.

Kapolsek Bekasi Utara Kompol Arwan menjelaskan video yang beredar bukan terjadi di Bekasi Utara dan video tersebut merupakan video lama yang telah menyebar 2020.

Video menayangkan dua siswi Sekolah Dasar (SD) sambil menangis dan dinarasikan nyaris jadi korban penculikan di Gunungsindur, Bogor juga menjadi viral.

Namun, polisi memastikan, kabar upaya penculikan tersebut adalah tidak benar atau hoaks.

Berdasarkan penelusuran polisi, dua siswi SD tersebut diduga takut dimarahi orang tuanya karena terlambat pulang ke rumah. Anak tersebut lalu menangis dan dinarasikan nyaris jadi korban penculikan.

Kehebohan video penculikan anak tersebut bukan tanpa alasan, kecemasan orang tua meningkat mengingat sederet kasus penculikan anak yang terjadi setahun terakhir.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyebut terjadi 28 kasus penculikan anak sepanjang 2022.

Data tersebut berdasarkan laporan yang diungkap Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Jumlah tersebut cenderung meningkat jika dibandingkan 2021 sebanyak 15 kasus penculikan anak.

“Sebanyak 28 di tahun 2022 dan sebelumnya di tahun 2021 sebanyak 15 orang,” kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar kepada CNNIndonesia.com, Rabu (4/1).

Salah satunya kasus penculikan anak dengan korban M, yang menjadi perhatian publik. M menghilang sebulan lamanya setelah dibawa kabur oleh pelaku Iwan Sumarno alias Yudi alias Jacky yang berprofesi sebagai pemulung.

M, diajak Iwan saat tengah bermain di sekitar kios kopi milik orang tua M di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu 7 Desember 2022 silam.

Semula orang tua M tak menaruh curiga saat Iwan mengajak M membeli ayam goreng. M pun tak asing dengan sosok Iwan yang kerap menjadi langganan di kios orang tuanya.

Ketakutan mulai menyelimuti orang tua M saat jelang sore Iwan dan M tak kunjung kembali. Orang tua M mulai mencari M dan menemukan rekaman CCTV saat Iwan mengajak M naik bajaj meninggalkan lokasi.

Rekaman CCTV tersebut dengan cepat menyebar dan menjadi viral. Kasus tersebut langsung menjadi atensi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Pencarian M membuahkan hasil. Polisi meringkus Iwan di daerah Tangerang Selatan pada Senin (2/1) malam. Saat penangkapan tersebut, M turut ditemukan di dalam gerobak yang kerap dibawa oleh Iwan untuk memulung.

Selama sebulan, Iwan membawa M berpindah-pindah tempat. M ikut memulung setiap hari oleh Iwan yang diketahui residivis kasus pencabulan anak.

“Memang diletakkan di dalam gerobak, tidurnya pun berpindah-pindah,” ujar Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin, Selasa (3/1).

Setelah menjalani pemeriksaan, M diketahui kerap mendapatkan perlakuan kasar oleh Iwan. Hasil visum menunjukkan M menderita luka fisik akibat ditendang dan disentil oleh pelaku.

Polisi juga menyebut selama diculik Iwan mendoktrin M agar tidak kabur dari dalam gerobaknya. Iwan pun berulang kali menekan korban agar menuruti kemauannya itu.

Belakangan diketahui, motif Iwan membawa M karena memiliki hasrat seksual terhadap anak-anak.

Belum hilang perhatian publik dengan kasus yang menimpa M, kasus penculikan kembali terjadi pada balita berinisial AS di Cilegon Banten, Senin (2/1).

Kejadian berawal saat AS dan kakaknya yang berusia tujuh tahun, AB, dibujuk pelaku membeli es krim di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Cilegon.

Setelah itu keduanya diajak makan ke warteg terdekat. Saat tiba di warteg, pelaku yang diketahui bernama Herdiansyah alias Diansyah alias Dian alias Syahlan memperdaya Ab untuk pulang menjemput ibunya dan mengajak makan bersama.

AB pun dengan polos menuruti perintah Dian menjemput ibunya dan meninggalkan AS bersama pelaku di warteg. Tak lama AB kembali ke warteg tersebut, Dian dan AS tak terlihat lagi.

Hampir sebulan menghilang, polisi menemukan AS mengemis di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (25/1) dini hari. Saat ditemukan AS terlihat lusuh dan kumal serta beberapa luka di wajah.

Motif pelaku membawa AS untuk dijadikan pengemis di Jakarta.

Kasus penculikan lain yang menjadi sorotan adalah penculikan bocah 11 tahun berinisial FS, di Makassar, Minggu (8/1).

Pelaku yakni MA alias AD (17) dan MF (18) menculik dan membunuh korban demi menjual organ ginjal korban.

Awalnya, MF mengajak MA untuk berbisnis menjual organ tubuh untuk mendapatkan banyak uang. MF menunjukkan sebuah situs penjualan organ manusia kepada MA.

Penculikan dan pembunuhan pun direncanakan keduanya. Saat itu MA melihat korban tengah menjadi juru parkir di depan minimarket.

MA menjalankan aksinya, mengajak korban untuk membersihkan rumahnya dengan iming-iming Rp50 ribu. Korban pun mengiyakan ajakan pelaku.

MA bersama korban dengan menggunakan sepeda motor berangkat ke rumah MF yang berada di Jalan Ujung Bori. Setibanya, MF saat itu sedang memperbaiki sepeda motor.

MA kemudian memanggil MF lalu naik ke atas motor, kemudian ketiganya berboncengan menuju ke rumah MA di Jalan Batua Raya 14.

Setibanya, kedua tersangka bersama korban masuk ke dalam rumah MA lalu menghabisi nyawa korban.

Namun, rencana tak berjalan mulus, kedua pelaku tak mengetahui letak ginjal. Keduanya memutuskan membuang jasad korban ke jembatan dekat waduk Nipah-nipah, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.

Polisi juga memeriksa psikologis kedua pelaku, hasilnya normal tak menunjukkan penyimpangan.

“Pemeriksaan psikologi dari Polda Sulsel anak MA alias AD normal, maupun Faisal,” kata Wakasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Jufri Natsir usai rekonstruksi, Selasa (17/1).

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY