Eropa Tetap Buka Sekolah Walaupun Infeksi Tinggi

0
Police officers check a woman's written statement to be out of home on Marseille beach, southern France, on October 31, 2020, on the second day of a lockdown decided by the French government to contain the spread of Covid-19 outbreak due to the novel coronavirus. - French President announced on October 28, 2020 a new lockdown aimed at halting an alarming acceleration of Covid-19 cases, to take effect from October 30 until "at least December 1". (Photo by NICOLAS TUCAT / AFP)

Pelita.online – Banyak negara Eropa memilih tetap membuka sekolah daripada restoran di tengah masih tingginya ancaman infeksi Covid-19. Hal itu dilakukan demi mengurangi gangguan akademik dan ekonomi.

Seperti di Prancis, sekolah di sana tetap dibuka. Sementara para ilmuwan menilai, langkah Pemerintah Prancis membuka sekolah pada Oktober berarti akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menekan lonjakan infeksi Covid-19.

Pemerintah Prancis tetap membuka sekolah-sekolah, bahkan ketika negara itu menjadi pusat gelombang kedua virus corona di Eropa. Para pemimpin Prancis memutuskan bahwa mereka akan mencoba menundukkan lonjakan itu, sambil juga mencoba meminimalkan kerusakan ekonomi dan akademis dengan menjaga anak-anak belajar di tempat terbaik mereka yakni di sekolah.

Lima pekan setelah penguncian nasional kedua, Prancis, seperti kebanyakan negara Eropa lainnya, telah membuktikan bahwa adalah mungkin untuk menurunkan tingkat infeksi, bahkan dengan sekolah yang dibuka.

Kondisi ini berbeda dengan Amerika Serikat, di mana Chicago, Boston, San Francisco, dan kota-kota lain memprioritaskan untuk menjaga bar dan restoran tetap buka, meskipun tidak harus melayani tamu dalam ruangan atau dalam kapasitas penuh, tetapi kota-kota itu tetap menutup sekolah.

Namun, berbeda dengan banyak negara Eropa, termasuk Prancis yang mengambil pilihan sebaliknya, tetap membuka sekolah, tetapi menutup restoran dan bar.

Di Prancis, saat ini 11 persen dari orang yang menjalani tes virus corona dinyatakan positif, tetapi siswa terus pergi ke sekolah, sementara New York, mereka menutup sekolah pada 19 November, setelah tingkat tes positif mencapai 3 persen.

Sumber:Suara Pembaruan

LEAVE A REPLY