Pelita.Online – Harga minyak turun sekitar US$ 3 per barel pada Kamis (21/7/2022) karena kenaikan stok bensin Amerika Serikat (AS) dan suku bunga Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang memicu kekhawatiran permintaan energi. Sementara kembalinya pasokan minyak Libia dan dimulainya aliran gas Rusia ke Eropa meredakan kekhawatiran pasokan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 2,86% menjadi US$ 103,86 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS mengakhiri perdangagan US$ 96,35, melemah 3,5%.
Harga bensin AS turun 15 sen atau 4,5%, menjadi US$ 3,13 per galon menyusul lonjakan 3,5 juta barel komoditas itu dalam penyimpanan pekan lalu, data pemerintah AS menunjukkan Rabu (20/7/2022), jauh melebihi perkiraan analis. “Isu utama yang menghambat kenaikan harga minyak adalah bensin dan persepsi seputar hancurnya permintaan bensin,” kata Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho, Robert Yawger.
Sementara aliran gas alam pipa Nord Stream 1 Rusia, di bawah Laut Baltik ke Jerman, sebagian dilanjutkan setelah ditutup kerena pemeliharaan pada 11 Juli.
“Dimulainya kembali aliran gas Nord Stream memunculkan gambaran sikap yang mendamaikan di pihak Rusia terkait pergerakan lanjutan minyak mentah dan produk ke Eropa dalam beberapa minggu atau bulan mendatang,” kata analis Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam sebuah catatan.
Sedangkan Bank Sentral Eropa pada Kamis bergabung dengan banyak bank sentral dunia lainnya menaikkan suku bunga 50 basis poin. Tujuannya memerangi inflasi yang tidak terkendali. Hal ini dapat membebani permintaan minyak.
Sementara Bank of Japan mempertahankan suku bunga sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang terhenti.
Pada hari Rabu, National Oil Corp (NOC) Libia mengatakan produksi minyak mentah dilanjutkan di beberapa ladang minyak setelah pencabutan force majeure pada ekspor minyak pekan lalu.
sumber : beritasatu.com