Kasus Covid-19 Turun, Epidemiolog: Tetap Lanjutkan 3T

0
Warga melintas di depan Mobile Laboratorium Bio Safety Level 2 (BSL-2) tipe bus sebagai rangkaian kegiatan Bakti Inovasi Teknologi untuk Negeri yang ditempatkan di Rumah Sakit Unipdu Medika Jombang, Jawa Timur, Sabtu (26/12/2020). Laboratorium bergerak yang mampu melakukan tes hingga 500 sampel per hari ini merupakan salah satu solusi untuk mengoptimalkan upaya penanganan COVID-19 khususnya di daerah yang minim lab uji dan pelosok. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/aww.

pelita.online-Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa tren kasus Covid-19 di Indonesia menurun. Hal itu diakui oleh Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono. Ia mengakui memang kasus baru harian Covid-19 menurun, begitu juga dengan orang yang dirawat di rumah sakit menurun. Namun, kasus kematian belum menurun.

Dalam fase seperti ini, menurutnya, pengujian, pelacakan dan isolasi atau testing, tracing, treatment (3T) harus ditingkatkan yang diperkuat dengan sistem surveillance(pengawasan). Semuanya kemudian dilaporkan secara terbuka, baik yang dites dengan tes swab polymerase chain reaction(PCR) maupun lewat antigen.

“Jadi kita tahu berapa persen yang positif yang berhasil dikonfirmasi dengan PCR dan berapa persen yang lewat antigen. Namun sayang untuk pelacakannya saat ini memang belum optimal. Ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak bersedia dilakukan pelacakan,” urai Pandu kepada Beritasatu.com, Minggu (7/3/2021).

Menurutnya selama ini Indonesia memang gagal mengajak peran serta masyarakat. Seandainya mereka diajak maka penolakan itu tidak akan ada. Makanya ia menyarankan untuk melakukan pelacakan kasus (tracing) jangan menggunakan petugas keamanan seperti Babinsa atau Babinkamtibmas karena masyarakat akan takut dengan sosok tersebut.

“Sebaiknya pakailah petugas yang memang dilatih khusus atau tokoh masyarakat dan agama dan kader kesehatan yang dilatih. Setiap wilayah itu ada kader Posyandu, kader PKK, dan lainnya yang ada di sekitar masyarakat. Jadi masyarakat sudah mengenal baik dan bersedia,” terang Pandu.

Ia menjelaskan perkembangan mutasi virus B117 asal Inggris ini memang sudah mendominasi di dunia. Ini berbeda dengan masuknya ke Indonesia yang belum cukup lama dan belum mendominasi, namun tetap saja dikhawatirkan karena bisa saja semakin bila ada banyak yang tertular.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY