Laba Pertamina Anjlok 24 Persen Jadi Rp34 Triliun

0

Jakarta, Pelita.Online – PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu sebesar US$2,54 miliar atau sekitar Rp34,41 triliun (kurs JISDOR akhir 2017 Rp13.548 per dolar AS). Laba tersebut anjlok 24 persen dibanding 2016 sebesar US$3,15 miliar atau sekitar Rp42,3 triliun.

Penurunan laba bersih perseroan membuat setoran BUMN tersebut pun ikut anjlok dari Rp12,1 triliun menjadi Rp8,65 triliun.

Pertamina tak merinci penyebab turunnya laba perseroan. Namun, pendapatan BUMN tersebut justru naik 18 persen di tahun lalu.

Pertamina mencatatkan pendapatannya tahun lalu mencapai US$42,96 miliar atau sekitar Rp582 triliun, naik dari tahun 2016 US$36,49 miliar atau sekitar Rp490 triliun.

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyebut bahwa profil keuangan perseroan di tahun lalu dipengaruhi oleh tren kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sepanjang 2017, realisasi rata-rata harga minyak Indonesia (ICP) mencapai US$51,17 per barel. Padahal, asumsi ICP berdasarkan Rencana Kerja Perseroan 2017 adalah US$48 per barel.

Kendati pendapatan perseroan meningkat, Pertamina beberapa kali mengaku menelan kerugian atas penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium.

Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Muchammad Iskandar belum lama ini mengungkapkan sebelum subsidi Solar ditambah di awal tahun ini, selisih harga Solar yang dijual dan keekonomiannya mencapai Rp1.800 per liter. Sedangkan selisih harga jual dan harga keekonomian Premium mencapai Rp900 per liter.

Khusus untuk Premium saja, Iskandar memperkirakan perusahaan menanggung kerugian lebih dari Rp11 triliun.

Selain Solar dan Premiun, Pertamina juga mengaku menjual rugi produk Pertalite yang sebenarnya bukan produk subsidi maupun BBM penugasan.

cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY