Maestro Made Taro Tampilkan Permainan Tradisional di Bulan Bahasa Bali 2020

0

Pelita.online – Maestro dongeng Made Taro mengangkat pentas operet dan cerita berbahasa Bali berjudul “Halo Tuan” dengan sejumlah permainan tradisional Bali. Penampilan tersebut dalam rangka Bulan Bahasa Bali 2020 pada Minggu (16/2/2020).

“Mengajarkan bahasa Bali melalui permainan dan gending-gending (lagu-lagu), jauh akan lebih diingat oleh anak-anak,” kata Made Taro usai pentas “Halo Tuan” di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Denpasar, Minggu (16/2/2020).

Pria kelahiran 1939 itu tidak memungkiri anak-anak dan generasi milenial Bali saat ini cenderung kesulitan berbahasa Bali dibandingkan dengan berbahasa Indonesia atau pun Inggris. Meskipun bahasa Bali masuk dalam kurikulum pelajaran, tetapi hal tersebut jarang digunakan sehari-hari.

“Sayangnya bahasa ibu ini tidak digunakan sehari-hari, selain itu media informasi yang ada dan diterima anak-anak juga sebagian besar bahasa Indonesia,” ucapnya.

Dia sengaja menampilkan anak-anak Sanggar Kukuruyuk untuk mengisi Bulan Bahasa Bali. Beberapa yang ditampilkan yakni sejumlah permainan tradisional dengan diiringi gending Bali, seperti Kedis-kedisan, Siap-Siapan, Dadong Dauh, Ngalih Roang dan Macan Mebaju Kambing.

“Halo Tuan” mengisahkan seorang wisatawan mancanegara yang melancong ke Bali ingin melihat “tajen” atau “cock fighting”. Melalui garapan yang ditampilkan sekitar 45 menit itu, dia mengutamakan penghayatan anak-anak terhadap nilai-nilai moral.

Dia juga ingin memasukkan nilai kejujuran, disiplin, kebersamaan, percaya diri dan kemandirian, di samping juga pentingnya menjaga kelestarian alam. Seperti halnya permainan Macan Mebaju Kambing, menceritakan seekor harimau ingin mencari mangsa dengan berpura-pura mengenakan baju kambing.

“Oleh karena ekosistem hutan yang rusak, macan terpaksa turun gunung, setelah melihat kambing yang sedang asyik bermain. Supaya dapat mangsa, macan itu mengganti bajunya menjadi baju kambing dan ikut bermain serta memangsa kambing,” ucapnya.

Dalam pentas diceritakan kambing lainnya melapor kepada tuannya agar mencari harimau yang telah berbuat onar. Barulah akhirnya disadari karena ulah manusia merusak hutan, sehingga macan sampai turun gunung.

Pentas dengan proses latihan 10 kali itu, melibatkan pemain 27 anak dari SD 8 Dauh Puri, Denpasar dan tukang “satua” atau pendongeng, Kadek Natia (SD Saraswati 3 Denpasar), serta diiiringi delapan penabuh yang membawakan alat musik cungklik, kendang, cengceng, suling, dan tumbung.

Made Taro pun turun serta memainkan alat musik, cunglik 8, pada acara yang disambut antusias pengunjung Bulan Bahasa Bali 2020 di Taman Budaya Provinsi Bali tersebut.

 

Sumber : iNews.id

LEAVE A REPLY