MRT Jakarta Mulai Diuji Coba Desember 2018

0

Jakarta, Pelita.Online – Pembangunan konstruksi proyek transportasi MRT Jakarta saat ini sudah mencapai 83,07%. Perkembangan tersebut terdiri dari pembangunan stasiun layang sekitar 74,64% dan pembangunan stasiun bawah tanah 91,57%.

MRT Jakarta ditargetkan beroperasi pada Maret 2019 mendatang dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). MRT Jakarta tahap satu ini akan melewati 13 stasiun, antara lain Stasiun Lebak Bulus, Stasiun Fatmawati, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, hingga Stasiun Blok M.

Selanjutnya, perjalanan berlanjut hingga Stasiun Sisingamangaraja, Stasiun Senayan, Stasiun Istora, Stasiun Bendungan Hilir, Stasiun Setiabudi, Stasiun Dukuh Atas, dan terakhir di Stasiun Bundaran HI.

Sebelum beroperasi penuh pada Maret 2019, MRT Jakarta tahap satu sepanjang 16 kilometer (km) akan dilakukan uji coba pada Desember 2018. Uji coba dilakukan hingga Februari 2019 sebelum dioperasikan penuh di bulan berikutnya.

“Desember (2018), Januari, Februari (2019) trial run, uji coba tapi tanpa penumpang. Masinis udah jalan, petugas udah jalan, berbagai skenario drill, memastikan pada saat operasi benar-benar kita udah siap,” kata Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar saat berbincang dengan detikFinance di Kantor MRT Jakarta, pekan lalu.

Masa konstruksi sendiri ditargetkan selesai pada Agustus 2018 mendatang dan dilanjutkan dengan melakukan integrasi sistem MRT Jakarta.

“Jadi mengintegrasikan seluruh pekerjaan-pekerjaan yang sudah berjalan dengan namanya system integration dengan rel kereta. Kemudian persinyalan mulai dihidupkan mulai Agustus sampai November,” ujar William.

Sistem persinyalan kereta MRT Jakarta memakai Communication Based Train Control (CBTC), yaitu sistem persinyalan kereta dengan frekuensi radio (RF) sebagai komunikasi data antarberbagai sub-sistem yang terintegrasi. Sistem ini menggunakan Moving Block dengan aspek sinyal yang berada pada kabin masinis (Cabin Signal).

CBTC kereta MRT Jakarta akan menggunakan Grade of Automation level 2 (GoA 2), dalam pengoperasiannya dikategorikan sebagai semi otomatis. Pada level ini, masinis bertugas mengendalikan keberangkatan dan buka-tutup pintu kereta, serta melakukan penanganan yang dibutuhkan pada keadaan darurat. Selebihnya, dalam perjalanan kereta, percepatan, perlambatan, pengaturan kecepatan, pengereman diatur secara otomatis oleh sistem.

“Kita menggunakan CBTC di mana kontrol sinyal dilakukan dari Lebak Bulus, kapan berangkat, kapan berhenti. Fungsi masinis dalam keadaan-keadaan emergency,” tutur William.

 

detik.com

LEAVE A REPLY