Rizal Ramli Beberkan Blunder IMF dalam Merusak Ekonomi Indonesia: Rakyat Dikibuli

0

Pelita.Online – Mantan Menko Bidang Perekonomian, Rizal Ramli, blak-blakkan membongkar blunder-blunder IMF dalam merusak ekonomi Indonesia pada tahun 1998 hingga menyebabkan krisis ekonomi.

Dilansir TribunWow.com, hal itu dia ungkapkan melalui akun Twitter, @RamliRizal, yang diunggah pada Selasa (9/10/2018).

Rizal Ramli mengatakan jika IMF datang ke Indonesia dengan blunder menawarkan paket pinjaman dengan syarat yang banyak dan susah dipenuhi.

Rizal Ramli yang menyebut syarat itu bahkan mengada-ngada dan ia lantas memberikan contoh.

Yakni, seperti kebijakan likuidasi 16 bank kecil yang justru membuat hancur kepercayaan masyarakat. Di mana mereka akhirnya menarik dana dari bank-bank nasional yang membuat banyak bank kolaps.

Atas hal itu, Rizal Ramli memberikan peringatan kepada semuanya jika Indonesia bisa krisis di tahun 1997-1998.

Lebih lanjut, Rizal Ramli kemudian membandingkan dengan situasi semi krisis yang kini dirasakan Indonesia.

Menurutnya, hal ini bisa berujung pada pinjaman dari IMF. Jika itu terjadi, menurutnya akan ada kerusakan yang lebih besar dari tahun 1998.

“Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1998.

Krisis itu kalau kita tangani sendiri,yg tadinya tumbuh rata-rata 6%, ekonomi Indonesia paling akan anjlok 2 – 0 %. Akan tetapi, karena kita mengundang IMF, ekonomi Indonesia malah anjlok ke -13%. Kok IMF malah bikin lebih rusak ?

Begitu IMF datang, mereka memaksa & membujuk Pemerintah Indonesia untuk menaikkan tingkat bunga sangat tinggi dari 18% ke 80%.

Teorinya utk menahan pelarian modal & memperkuat Rupiah. Dampaknya, hampir semua perusahaan di Indonesia langsung tidak mampu bayar dan macet kredit.

Keputusan untuk mengundang dan meminjam dari IMF merupakan kesalahan terbesar Widjoyo yg membujuk Pres Soeharto untuk mengundang IMF.

Pasalnya, IMF menyarankan berbagai program kebijakan yang tak masuk akal dan malah membuat kondisi ekonomi nasional justru semakin terpuruk.

IMF bikin blunder karena menawarkan paket dgn syarat banyak sekali, susah dipenuhi, mengada-ada, pemerintah terpaksa manut.

Misalnya, kebijakan likuidasi 16 bank kecil justru justru hancurkan kepercayaan masyarakat, mereka menarik dana dari bank2 nasional, banyak bank kolaps.

Rizal Ramli satu2nya ekonom Indonesia yg menolak pinjaman IMF di pertemuan para ekonom di Hotel Borobudur dgn Managing Director IMF Camdesus bulan 0ct 1997, sebelum Camdesus bertemu Pres Soeharto di Istana. Ekonomi akan semakin rusak dibawah IMF.

Ternyata semuanya terbukti.

Bulan October 1996, Rizal Ramli sbg Chairman Econit Advisory Group mengeluarkan 100an halaman forecast utk ekonomi Indonesia: “1997: The Year of Uncertainty”.

Bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami krisis ekonomi 1977-78. Tidak ada yg percaya, tetapi ternyata semuanya terjadi !!

Forecasr RR Oct 1996 ttg ekonomi 1997 dibantah2 oleh Depkeu, BI analis2 asing sbg mengada-ada & tidak benar. Bahwa Fundamental ekonomi Indonesia kuat.

Mereka berbohong didukung oleh pujian2 IMF & Bank Dunia. Ada 3 points RR : utang swasta, current account defisit, overvalued Rp.

Akhirnya sesuai ramalan RR, terjadi krisis besar 1997/1998. Ekonomi anjlok dari rata 6% ke -13% krn salah saran & kebijakan IMF. Utk selamatkan bank2, BLBI disuntik $80 milyar, biaya penyelamatan bank terbesar relatif GDP, perusahaan banyak yg bangkrut, penggangguran naik 40%,” tulis Rizal Ramli.

Postingan Rizal Ramli soal IMF
Postingan Rizal Ramli soal IMF (Capture/Twitter)

“Pinjaman IMF $35 milyar digembar-gemborkan untuk membatu Indonesia. Semua pejabat, ekonom & media percaya dgn propaganda ini. Ternyata dipakai membayar utang swasta Indonesia di bank2 asing yg belum jatuh tempo. Pinjaman IMF itu utk selamatkan bank2 asing bukan menolong rakyat,” .

“Jika pinjaman IMF $35 M dipakai utk pompa ekonomi RI, bukan selamatkan bank2 asing, ekonomi Indonesia dapat tambahan pembiayaan 350 trilliun (kurs Rp10.000/$), ekonomi Indonesia akan meroket dari -13% 1998 ke atas 8% tahun 1999. Rakyat Indonesia dikibuli komprador2 & SPG IMF !!” imbuhnya.

Tribunnews.com

LEAVE A REPLY