Pelita.online – Harga emas berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Rabu (3/9/2020), tertekan penguatan dolar AS dan kuatnya sektor manufaktur Amerika Serikat (AS) sehingga memicu harapan pemulihan ekonomi lebih cepat akibat pandemi Covid-19.
Kontrak harga emas paling aktif pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, anjlok US$ 34,2 atau 1,73 persen menjadi US$ 1.944,70 per ounce. Sehari sebelumnya (2/9/2020), harga emas berjangka naik tipis US$ 0,3 atau 0,02 persen menjadi US$ 1.978,90.
“Faktor utama pelemahan emas adalah pengautan dolar. (Emas) bergerak dalam arah yang sepenuhnya berlawanan dengan dolar hari ini,” kata analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.
Dolar menguat 0,5 persen, pulih dari level terendah lebih dua tahun di sesi terakhir.
Ia menambahkan positifnya data pesanan pabrik AS Juli juga membebani logam mulia. Pesanan baru barang-barang buatan AS meningkat lebih besar dari yang diperkirakan. Sementara aktivitas data manufaktur AS bulan Agustus yang dirilis Selasa (1/9/2020) menunjukkan percepatan mendekati level tertinggi dua tahun, sehingga meningkatkan optimisme pemulihan.
Di sisi lain, penggajian (payrolls) swasta AS Agustus meningkat lebih rendah dari yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja melambat.
Investor fokus pada laporan klaim awal pengangguran AS pada Kamis waktu setempat dan data penggajian non-pertanian pada Jumat (4/9/2020).
Harga emas telah naik sekitar 27 persen sepanjang tahun ini.
Harga logam mulia lainnya, perak pengiriman Desember turun US$ 1,25 atau 4,36 persen menjadi US$ 27,395 per ounce. Platinum pengiriman Oktober turun US$ 48,6 atau 5,1 persen menjadi US$ 904,1 per ounce.
Sumber : Beritabersatu.com