Harga Minyak Tertekan Kenaikan Produksi Arab Saudi dan Rusia

0
Harga minyak

Pelita.Online – Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) merosot lebih dari US$1 per barel pada perdagangan Selasa (29/5), waktu AS. Penurunan dipicu oleh kekhawatiran terhadap peningkatan pasokan minyak mentah dari Arab Saudi dan Rusia setelah setahun lebih memangkas pasokan global.

Dilansir dari Reuters, Rabu (30/5), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,15 atau 1,7 persen menjadi US$66,73 per barel.

Sementara, harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis sebesar US$0,9 menjadi US$75,39 per barel. Harga Brent telah merosot sekitar 6 persen sejak menyentuh level tertinggi sejak 2014, yaitu US$80,5 per barel pada 17 Mei 2018 lalu.


Arab Saudi dan Rusia telah membicarakan untuk mengerek produksi minyak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non OPEC sebesar 1 juta barel per hari (bph) guna mengimbangi potensi penurunan produksi dari Venezuela dan Iran.
Sebelum pertemuan OPEC yang bakal digelar pada 22 Juni mendatang, sentimen terhadap potensi kenaikan produksi dari Arab Saudi dan Rusia telah memberikan tekanan pada harga minyak.

“Pelaku pasar masih tak yakin terkait seberapa cepat strategi keluar (dari kesepakatan pemangkasan produksi) dapat diimplementasikan dan apakah strategi itu akan melampaui upaya untuk sekadar mengimbangi penurunan produksi dari Venezuela,” ujar Analis Energi Senior Interfax Energy’s Global Gas Analytics Abhishek Kumar di London.

Sebelumnya, Analis Credit Suisse menyatakan bahwa meskipun OPEC dan Rusia meningkatkan produksi, kenaikannya hanya akan berkisar 500 ribu bph. Hal itu akan membuat rata-rata persediaan minyak di sebagian besar negara maju masih akan berada di bawah rata-rata lima tahun pada akhir 2018.

Pelemahan pasar saham dan penguatan kurs dolar AS juga membebani harga minyak dunia. Pasar modal AS kemarin merosot lebih dari satu persen. Sementara, kurs dolar AS menguat 0,7 persen.
Sebagai catatan, penguatan dolar AS membuat harga komoditas yang diperdagangkan dengan mata uang dolar AS menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Para manajer keuangan mengurangi posisi beli bersih pada kontrak berjangka Brent dan WTI sebesar 169 juta barel selama lima pekan hingga 22 Mei 2018. Hal ini menandakan kegelisahan terkait reli kenaikan harga yang terjadi beberapa waktu lalu.

Premi harga Brent terhadap WTI hingga kini merupakan yang terbesar untuk lebih dari tiga tahun terakhir. Pada Senin lalu, selisih antara kedua harga acuan ini mencapai US$9,38 per barel, terlebar sejak Maret 2015.

Artinya, ekspor minyak mentah AS menjadi jauh lebih kompetitif di pasar global dibandingkan produksi Eropa Utara, Rusia, dan beberapa negara bagian Timur Tengah.
Produksi minyak mentah AS terus meningkat lebih dari 20 persen selama dua tahun terakhir ke level 10,7 juta barel per hari (bph). Produksi minyak mentah AS diperkirakan melampaui produksi Asia dalam beberapa bulan ke depan. (bir)

cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY