Jakarta, Pelita.Online – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (26/4). Aksi jual akan mewarnai pergerakan indeks akibat kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun.
“Kenaikan obligasi AS dengan tenor 10 tahun di luar ekspektasi,” kata Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali melalui risetnya.
Pelaku pasar juga tengah mengantisipasi upaya yang akan diambil oleh Bank Indonesia (BI) sebagai bentuk antisipasi kenaikan imbal hasil obligasi Indonesia. Dengan serba kekhawatiran ini, Frederik memprediksi IHSG hanya akan bergerak dalam rentang support 6.048 dan resistance 6.174.
“Aksi jual asing pun kian membesar dan membuat IHSG terjerembab ke zona merah,” kata Reza.
Alhasil, pemberitaan terkait aksi korporasi dan kinerja keuangan emiten tak memiliki pengaruh besar bagi laju IHSG. Selain itu, pelaku pasar juga dinilai tak merespons positif berbagai langkah pemerintah untuk meningkatkan investasi dengan tujuan menaikan jumlah cadangan devisa (cadev) Indonesia.
“Diperkirakan IHSG berada di kisaran support 5.987-6.000 dan resistance 6.124-6.145,” ucap Reza.
Tercatat, rupiah sempat menguat hingga Rp13.880 per dolar AS dan melemah di level Rp13.924 per dolar AS sepanjang perdagangan kemarin.
Kondisi yang berbeda terjadi pasa bursa saham Wall Street tadi malam, di mana mayoritas indeks ditutup menguat. Lebih rinci, Dow Jones dan S&P500 masing-masing menguat 0,25 persen dan 0,18 persen. Sementara, Nasdaq Composite terkoreksi tipis 0,05 persen.