Kemenkeu Tanggapi Koreksi Proyeksi Laju Ekonomi Bank Dunia

0

Pelita.online – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menanggapi koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomiyang dilakukan oleh Bank Dunia.

Sebelumnya, Bank Dunia memangkas proyeksi laju ekonomi Indonesia tahun ini dari 5,2 persen menjadi 5 persen.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Suahasil Nazara menyatakan pemerintah telah mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut. Bahkan, Kemenkeu memperkirakan perekonomian Indonesia tahun ini hanya di kisaran 5,08 persen atau lebih rendah dari tahun lalu, 5,17 persen.

Proyeksi tersebut telah disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat bersama Komisi XI DPR, Kamis (29/8) lalu. Perkiraan ini jauh lebih rendah dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang dipatok 5,3 persen. “Dari beberapa bulan lalu kami sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 di 5,08 persen,” katanya, Jumat (11/10).

Ia menuturkan prediksi tersebut telah mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang dirundung ketidakpastian. Akibatnya, perdagangan dunia ikut lesu sehingga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Terbukti, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia sepanjang periode Januari-Agustus 2019 hanya US$110,07 miliar atau merosot 8,28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Padahal, ekspor merupakan salah satu komponen penyokong pertumbuhan ekonomi selain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, impor, dan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB).

“Ini dampaknya ke dalam negeri, tentu pertama lewat ekspor. Kalau ekspor turun, menjalar ke yang lain-lain, ke manufaktur,” imbuhnya.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh kondisi eksternal yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.

Perang dagang AS-China, lanjut dia, mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar global. Imbasnya, kinerja ekspor dan impor Indonesia ikut tertekan.

Tak hanya itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi China juga lebih besar dari perkiraan. Padahal, lanjutnya, China merupakan pasar utama ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal kedua tahun ini tercatat hanya mencapai 6,2 persen, terendah sejak 27 tahun terakhir.
Tak hanya perang dagang, konflik geopolitik terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) juga turut mengancam pertumbuhan ekonomi. Dalam beberapa waktu terakhir, ancaman resesi ekonomi pun berhembus. “Perekonomian global tengah dipenuhi ketidakpastian. Itulah alasan kenapa kami mengubah prediksi dari April lalu,” katanya.

Kendati demikian, Bank Dunia meyakini pertumbuhan ekonomi akan pulih secara perlahan. Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5,1 persen di 2020 dan 5,2 persen di 2021.

 

Sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY